BLORA (SUARABARU.ID) — Sempat terbangun dan bergolak keras dengan menyemburkan lumpur, air panas disertai gas belerang. Kini Bumi Kesongo yang berlokasi di wilayah Sucen, Desa Gabusan, Kecamatan Jati, Blora, Jawa Tengah, kembali tidur tenang.
“Saya bersama tim turun ke Kesongo, lokasi itu sudah tenang, bahkan kami sempat berdiri diatas material lumpur yang sudah mulai mengering,” jelas Kepala ESDM Provinsi Jawa Tengah, Sujarwanto Dwiatmoko, Minggu (30/8/2020).
Dijelaskan Sujarwanto, bahwa semburan lumpur di Bumi (Oro-Oro) Kesongo adalah fenomena alam yang biasa terjadi pada gunung lumpur atau mud volcano itu, dengan jari-jari letusan berkisar 69 meter.
Tim mencatat, muntahan lumpur berbau gas menyengat itu menyebarkan lumpur seluas sekitar 3,29 hektar, empat warga sempat dirawat di rumah sakit umum (RSU) karena menghirup bau gas menyengat, dan 17 ekor kerbau mati tertelan lumpur.
“Empat warga yang sempat dirawat di RSU sudah pulang, sudah di rumah dan sehat,” terang Kepala Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Jateng.
Menurut Sujarwanto yang juga Ketua Umum Persatuan Panahan Indonesai (Perpani) Provinsi Jawa Tengah itu, semburan gas yang terjadi Kamis (27/8/2020), tercacat yang terbesar dalam kurun 30 tahun terakhir.
Oro-Oro Kesongo yang bergolak menyemburkan lumpur dan air panas cukup dahsyat ke udara pada Kamis dan Jumat (27-28/8/2020), lanjut Sujarwanto, sebagai sebuah fenomena ekstrusi cairan hidrokarbon serta gas seperti metana.
Tetap Waspada
Diterangkan Sujarwanto, peristiwa alam di Oro-Oro Kesongo adalah fenomena alam seperti halnya di Bledug Kuwu, dan Zona Kendeng lainnya. Saat ini memang sudah tenang tapi warga diminta untuk tetap waspada.
“Besok kami akan buat laporan lengkapnya, juga untuk para wartawan,” kata Dr. Ir. Sujarwanto Dwiatmoko, M.Si.
DiberItakan sebelumnya, selama ini tenang, tidak ada tanda-tanda bergolak, bahkan banyak yang datang untuk berwisata. Mendadak hamparan kosong gung liwang-liwung, terkesan mistis dan angker yang populer bernama Oro-Oro Kesongo, Kamis (27/8/2020), meletus menyemburkan material lumpur dan gas.
Hamparan tanah nonproduktif (kosong) ada yang menyebut lokasi untuk mencari pesugihan (ritual memohon rezeki mistik) itu, bergolak menggegerkan kalayak, berbau gas menyengat, dan meminta korban 17 ekor ternak kerbau warga mati ambles bumi.
Dalam catatan wartawan Suarabaru.id, jauh sebelum bergolak dengan ledakan lumpur setinggi 2-6 meter ke udara, tim dari Perhutani KPH Randublatung, Blora, telah menata kawasan hutan Kesongo (Bumi Kesongo).
Lahan kosong yang masuk kawasan hutan negara (Perhutani) itu seluas 119,1 hektar, berupa padang/gunungan lumpur, rumput, rawa, dan sudah ratusan tahun dalam kondisi kosong (tidak berpoduksi).
Nama Kesongo di telinga warga Blora dan sekitarnya memang terdengar mistis dan misteri. Lokasinya ada di tengah hutan jati petak 141 Resor Pemangkuan Hutan ( RPH ) Padas, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Trembes, KPH Randublatung.
Rawa Berlumpur
Jarak dari Kota Sate Blora sekitar 44 kilometer arah barat dan selatan itu, didominasi lumpur vulkanik, dihuni beberapa satwa jenis burung (aves, red), dan satwa lain yang hidup di tanah rawa berlumpur.
Kawasan tanah kosong itu. lanjut Andan, memiliki ekosistem berupa vegetasi rerumputan, diantaranya rumput wlingi (scirpus grossus L), rumput grinting (cynodon dactylon), rumput sunduk welut (cyperus difformis),.
Sementara itu data hasil risalah Perhutnai pada akhir 2011, Kesongo terdiri dari savana seluas 109 hektar, dan 10,1 ketar merupakan hamparan lumpur kering hasil dari letupan yang bersifat sporadik di titik koordinat BT. 111,15.15” dan LS. 7.9.15”
Jenis tanahnya margalit coklat, merupakan kawasan terbuka yang didominasi oleh lumpur kering serta kadang mengeluarkan lumpur panas dibarengi dengan air asin dan bau gas menyengat.
Penelitian bersama Perhutani KPH Randublatung dan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, kawasan itu ditemukan beberapa jenis burung yang dilindungi diantaranya blekok sawah (ardeola speciosa), burung madu sriganti (nectarinia jugularis), dan cekakak Jawa (halcyon cyanoventris).
Selain itu ada jenis burung cekakak sungai (todirhamphus chloris), elang bido ular (spilornis cheela), elang tikus (elanus coeruleus), kuntul perak (egretta intermedia, dan dijumpainya beberapa spesies yang dilindungi serta 37 spesies lain.
Soal blow out (menyembur atau meledak) di pusat oro-oro Kesongo sekitar tiga kalai pada Kamis (27/8/2020), menurut Humas Pertamina EP Asset 4, Pandjie Galih Anoraga, tim dari Pertamina EP Field Cepu sudah mengecek ke lokasi.
Hanya saja, lokasi itu jauh dari fasilitas produksi Pertamina, namun manajemen Pertamina EP Asset 4 berharap semburan lumpur dan gas di Oro-Oro Kesongo terhenti permanen, dan aman bagi masyarakat, tutup Pandjie.
Wahono-Wahyu