blank
Ketua Dewan Pendidikan Wonosobo Priyo Purwanto ketika menerima kunjungan Direktur FC Madani dan Kita Insitute. Foto : SB/Muharno Zarka

WONOSOBO(SUARABARU.ID)-Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Nabiel Makarim, telah mengeluarkan kebijakan membuka kembali sekolah-sekolah di daerah zona aman Covid 19.

Ketua Dewan Pendidikan Wonosobo Priyo Purwabto, Kamis (13/8), meminta kebijakan tersebut harus ditanggapi secara bijaksana dan tidak grusa-grusu. Tapi harus didasarkan pertimbangan yang matang demi keamanan, kesehatan dan keselematan peserta didik.

Priyo Purwanto menegaskan hal itu saat menerima Sarwanto Priadhi (FC Madani), Eka Munfarida dan Bayu Surya (KITA Institute Wonosobo) di Kantor Dewan Pendidikan setempat.

Ketiganya menghadap Ketua Dewan Pendidikan untuk mengatahui pengawasan pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang selama ini berlangsung di semua jenjang pendidikan di masa pandemi Covid-19.

Pihaknya memaparkan hasil monitoring ke beberapa sekolah di sejumlah kecamatan, ada indikasi masih banyak sekolah yang belum siap untuk menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) sesuai dengan menggunakan protokol kesehatan.

Pada dasarnya, sambung dia, penyelenggaraan pendidikan di masa normal baru ini harus memberikan rasa aman bagi para peserta didik, guru dan tenaga kependidikan.

“Oleh sebab itu, sekolah harus mempersiapkan sebaik mungkin, mulai dari sarana dan prasarana hingga proses pembelajaran dengan membasiskan pada protokol kesehatan yang ketat,” ujarnya.

Menurut Priyo, protokol kesehatan yang mendasar adalah penggunaan masker, rajin cuci tangan, dan tetap menjaga jarak. Para peserta didik selama belajar di rumah tidak dibiasakan untuk menggunakan masker ketika berada di luar rumah.

Protokol Kesehatan

blank
Suasana siswa SDN 1 Wonosobo ketika latihan pramuka sebelum pandemi Covid-19 berlangsung. Foto : SB/Muharno Zarka

“Fasilitas air bersih di beberapa sekolah juga belum tersedia. Di kecamatan tertentu kesulitan air bersih disebabkan oleh minimnya sumber air bersih sehingga selama ini hanya mengandalkan dari tampungan air hujan,” bebernya.

Kondisi setiap sekolah, katanya, berbeda-beda. Karena itu tidak perlu terburu-buru menyelenggarakan pembelajaran tatap muka sebelum persyaratan protokol kesehatan itu dipenuhi.

Sarwanto Priadhi mengatakan kedatangannya ke Dewan Pendidikan Wonosobo adalah untuk menyampaikan adanya kekawatiran para orang tua peserta didik terhadap penyelenggaraan pembelajaran tatap muka.

“Sebagian orang tua berharap anak-anak mereka bisa kembali bersekolah. Namun di sisi lain, perkembangan Covid 19 di Wonosobo selama bulan Agustus 2020 ini cukup mengkhawatirkan,” paparnya.

Maka pihaknya dan teman-teman dari KITA Institute perlu berdialog dengan Dewan Pendidikan. Alhamdulillah, ada pemahaman yang sama dan ada titik temu.

Sarwanto menambahkan persoalan pembelajaran di sekolah perlu mendapatkan dukungan lintas sektor. Dia mencontohkan perlunya segera diterbitkannya Perbup tentang penanganan Covid 19 dan adaptasi normal baru.

Menurutnya, perbup itu bisa untuk menjamin terwujudnya pembiasaan baru di tengah masyarakat sehingga mampu memberikan dukungan optimal bagi sektor pendidikan.

Direktur KITA Institute Wonosobo, Eka Munfarida, mengharapkan agar kebijakan pembelajaran tatap muka adalah kebijakan yang telah memiliki persiapan matang sehingga tiudak terkesan coba-coba.

“Agar memberikan keyakinan bagi orang tua, kebijakan ini harus dipersiapkan dengan baik. Sosialisasi kepada para orang tua itu sangat penting. Persiapan sarana dan prasarana di sekolah itu syarat mutlak,” katanya.

Muharno Zarka-Wahyu