KEBUMEN (SUARABARU.ID) – Minggu (2/08) Historical Study Trip menyelenggarakan telusur enam situs bersejarah di Kota Kebumen, yakni Eks Insulide Fabrieken Olie, Kompleks Makodim 0709, Stasiun Kereta Ap iKebumen, Eks Bangunan RSUD Lama, Gereja Kristen Jawa, dan Hotel Pusaka.
Pelaksanaan acara mematuhi standar protokol kesehatan, dengan memberlakukan wajib memakai masker, dan meminimalisasi terjadinya kontak. Telusur tersebut diikuti sekitar dua puluh peserta yang berasal dari masyarakat serta tokoh lokal Kebumen.
Diantara para peserta, juga ada yang merupakan bagian pemerintahan daerah. Hal ini disambut antusias oleh pembicara sekaligus pemberi materi HST, yakni Teguh Hindarto. Menurut Teguh, kesadaran terhadap sejarah merupakan langkah awal dan kunci untuk mengetahui perencanaan masa depan. Termasuk kisah yang tertuang dalam setiap jejak peninggalan yang ada berdasarkan kronologis dan data pendukung layak.
Teguh yang kerap menulis sejarah daerah Kebumen dan Kedu selatan di era Kolonial di berbagai laman itu menyampaikan bahwa sejarah bukan hanya peninggalan masa lalu. Setiap peristiwa mengandung makna dan hikmah yang patut diketahui, dikaji dan dicermati untuk kepentingan masa depan.
Menurut Teguh, Jika RA Kartini menulis surat kepada Abendanoon kemudian bisa menjadikan sejarah bagi bangsa Indonesia, HST mengungkap sebuah surat yang berasal dari Noni Belanda bernama Nely yang mengabarkan keadaan pada saat kisaran tahun 1933 kepada keluarganya yang di negara asalnya, Perancis. Materi ini menjadi salah satu rujukan gambaran untuk menelusuri lebih jauh tentang sejarah yang ada di Kebumen.
Menambah Wawasan
Sedangkan Kabid Paud Dikmas dan Kebudayaan Dinas Pendidikan Kebumen Dra Seha Rahayu MM yang turut menelusuri sejarah bersama HST merasa tercerahkan dengan kegiatan tersebut.”Belajar sejarah saat liburan itu asyik. Selain bisa refreshing, ilmu dan wawasan kita menjadi bertambah, saya sangat senang,”ucap Seha.
Seha menambahkan tentang pentingnya mengetahui sejarah. “Kejadian masa lampau yang dikemas dalam sejarah, adalah harta yang tak ternilai. Sejarah mengajarkan tentang masa lalu untuk masa depan,”imbuhnya.
Pegiat Sejarah dan penulis buku, Sigit Asmodiwongso menyampaikan tanggapan senada. “Saya rasa acara seperti ini sangat positif dan bisa menjadi alternatif wisata peminatan yang erat kaitannya tentang sejarah guna menguak pernik peradaban masa lalu di suatu daerah,”papar Sigit.
Joenedi Fatchurahman, Ketua Badan Pengelola Geopark Karangsambung Karangbolong, pun tak kalah semangat dan menyampaikan apresiasi atas terlaksananya HST pertama itu. Dia berharapo dengan tumbuhnya masyarakat belajar sejarah melalui HST dapat mendongkrak kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dalam hal ini adalah sejarah yang dibalut dengan pembelajaran seperti di luar kelas. Hal itu penting karena terdapat banyak literasi yang harus dimengerti semua orang.
Kasi Kearsipan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kebumen Sri Bayu Kuncorowati mengamini bahwa sejarah Kebumen layak dipelajari. Mengingat situs-situs yang dikunjungi HST adalah tempat bersejarah yang sebagian besar telah beralih fungsi dan mengalami perombakan. “Penting sekali untuk diketahui nilai sejarah yang ada. Hal ini bisa menjadi pengetahuan sejarah yang bagus untuk generasi anak cucu kita,” kata Bayu.
Komper Wardopo