RIO De JANEIRO (SUARABARU.ID)- Kasus terkonfirmasi COVID-19 di Brazil pada Kamis (16/7) melewati angka dua juta dan tidak terlalu menunjukkan perlambatan, sementara kemarahan di negara itu meningkat atas cara Presiden Jair Bolsonaro menangani wabah tersebut.
Sebelumnya 27 hari yang lalu, angka yang tercatat di Brazil masih satu juta kasus. Brazil kini menjadi negara dengan angka tertinggi kedua di dunia, setelah Amerika Serikat, menyangkut jumlah kasus COVID-19.
Dalam beberapa pekan belakangan ini, terdapat hampir 40.000 kasus baru terkonfirmasi setiap harinya di Brazil, menurut data pemerintah.
Sebagai perbandingan, AS melewati angka satu juta hingga dua juta kasus COVID-19 dalam waktu 43 hari, menurut hitungan Reuters. Di AS, penyebaran wabah tersebut sempat menurun pada Mei, namun kembali meningkat pada Juni.
Pada Kamis, jumlah total kasus COVID-19 di Brazil adalah 2.012.151 dan kematian mencapai 76.688.
Brazil, negara berpenduduk terbanyak di Amerika Latin, memiliki 210 juta penduduk–hampir dua pertiga jumlah penduduk AS.
Pada kedua negara, angka penularan melonjak karena Virus Corona jenis baru penyebab wabah tersebut meluas di kawasan baru, yang jauh dari kota-kota besar.
Kendati virus begitu parah menyebar, Bolsonaro –mantan kapten angkatan darat– telah mendesak para pemerintah daerah untuk mencabut peraturan karantina wilayah.
Bolsonaro sendiri pekan lalu, setelah menjalani tes, dinyatakan terinfeksi Virus Corona.
Ia selama ini meremehkan risiko kesehatan dan menentang pemberlakuan perintah pembatasan sosial, dengan mengatakan bahwa dampak ekonomi lebih buruk dibandingkan wabah itu sendiri.
Di bawah tekanan, banyak gubernur dan wali kota yang akhirnya melonggarkan pembatasan dalam beberapa pekan ini, sehingga menyebabkan penyebaran wabah COVID-19 meningkat.
Jajak pendapat menunjukkan popularitas Bolsonaro telah menurun selama pandemi.
Anggapan bahwa Pemerintahan Brazil buruk atau mengerikan telah meningkat menjadi 44 persen, menurut jajak pendapat Datafolha yang dilangsungkan pada Juni.
Persentase itu merupakan peningkatan dari 38 persen pada April dan 36 persen pada Desember.
Ant/Muha