SEMARANG (SUARABARU.ID)– Musta’in Ahmad yang kini menjabat sebagai Kepala Kanwil Kementerian Agama Jateng mengingatkan, agar umat Islam tetap menggunakan protokol kesehatan dalam pelaksanaan Shalat Idul Adha 1441 Hijriah maupun pada saat penyembelihan hewan kurban.
”Sudah ada fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Surat Edaran Menteri Agama dan lain-lain, yang bisa digunakan sebagai pedoman. Untuk daerah zona merah sebaiknya ikuti petunjuk MUI, yaitu tetap melaksanakan Shalat Idul Adha di rumah masing-masing, sama seperti saat Shalat Idul Fitri yang lalu. Tetapi kalau mau dilaksanakan di masjid atau mushala, gunakan protokol kesehatan,’’ pesannya.
Dia menjelaskan hal itu kepada para awak media di Semarang, Kamis (16/7/2020). Musta’in yang didampingi Kasubag Umum dan Humas Afif Mundzir menggunakan kesempatan pertemuan dengan para wartawan ini, sebagai media silaturahmi dan perkenalan.
BACA JUGA : MUI Jateng Izinkan Shalat Idul Adha Berjamaah
Sebagai bentuk keterbukaan Kanwil Kemenag Jateng dengan pers, pihaknya akan segera membuka ruang media center, agar para awak media bisa mengakses informasi ter-update tentang perkembangan keagamaan di Jateng.
”Mari kita sosialisasikan program Kemenag Jateng Majeng, yakni Moderat, Akuntabel, JErnih dan NGayomi,’’ kata mantan Kepala Kantor Kemenag Kota Solo itu.
Diungkapkan A’wan Syuriyah PCNU Kabupaten Karanganyar ini, usai dilantik pada Jumat (10/7/2020) lalu, dia mengaku sudah bersilaturahmi dengan para kiai dan alim ulama di jajaran PWNU Jateng, PW Muhammadiyah Jateng, Baznas dan akan disambung dengan Majelis Ulama Indonesia.
Radikalisme
Sementara itu usai bersilaturahmi dengan PWNU dan Muhammadiyah, Kepala Kanwil Jateng itu mengatakan akan lebih menguatkan sinergi kerja sama dengan semua kekuatan masyarakat untuk menangkal radikalisme yang dari hari ke hari semakin berkembang.
Seperti yang dijelaskannya, mulai tahun ini disiapkan program untuk melakukan sosialisasi program pencegahan radikalisme, dan penguatan masyarakat agar tidak mudah terpengaruh ideologi yang bertentangan dengan ideologi negara, meski dikemas dengan jargon-jargon agama.
Dia menambahkan, semua agama tidak ada yang mengajarkan dan memerintahkan untuk mengembangkan paham dan perilaku radikalisme, terutama agama Islam. Karena itulah ormas Islam seperti NU dan Muhammadiyah akan dilibatkan dalam agenda kegiatan ini.
Ormas Islam, tutur Mustain, memiliki jaringan hingga ke akar rumput, karena itu tepat sekali kalau Kemenag menggandeng Ormas Islam untuk merapatkan barisan di masyarakat, agar para radikalis tidak lagi memiliki peiuang untuk menggelar aksinya.
Riyan