Oleh: Mubarok, M.Si.
PEMBERLAKUAN normal baru (new normal) membawa angin segar bagi industri pariwisata. Setelah tiga bulan lebih tidak dibuka beberapa destinasi pariwisata di Jawa Tengah mulai dibuka kembali. Beberapa destinasi wisata yang menjadi ikon Jawa Tengah telah dibuka dengan protokol kesehatan dalam pelaksanaannya. Contohnya adalah Candi Borobudur yang telah dibuka mulai tanggal 24 Juni 2020. Meskipun pengunjung belum bisa naik ke candi karena masih perbaikan, setidaknya mereka bisa mengunjungi area taman dengan beragam fasilitasnya.
Pembukaan beberapa objek wisata ini membawa keberkahan dan kebahagiaan bagi beragam stakeholders. Para pelaku industri wisata, pedagang, pengelola jasa wisata, masyarakat bisa merasakan dampak secara langsung dibukanya area tersebut. Masyarakat bisa merasakan kebahagiaan kembali setelah tiga bulan lebih tidak bisa berwisata.
Di era new normal salah satu jenis destinasi pariwisata yang berisiko rendah penularan covid 19 adalah wisata alam. Pengunjung bisa merasakan kesegaran alam tanpa perlu khawatir tertular Covid 19. Dengan area yang luas sangat memungkinkan untuk menerapkan social distancing, udara yang segar, aktifitas fisik yang menyehatkan dan pemandangan alam yang menyegarkan.
Indonesia kaya dengan beragam destinasi wisata alam yang terkenal. Wisata alam ini tersebar di berbagai propinsi salah satunya di Jawa Tengah. Pantai sepanjang Pantura Jawa Tengah menawarkan beragam objek pariwisata. Di daerah selatan pun rangkaian pantai bisa menjadi destinasi wisata alam yang menarik. Di sepanjang Pantura ada Pantai Widuri, Slamaran, Sigandu, Cahaya, Kartini yang bisa dikunjungi. Di daerah selatan ada Pantai Ayah, Karangbolong, Cilacap, Gombong yang juga tidak kalah menarik. Objek wisata pegunungan seperti Ketep Pas, Puntuk Setumbu, Sikembang, Petungkriyono menjadi pilihan menarik lainnya yang menawarkan kesegaran alam.
Beberapa waktu yang lalu penulis dengan beberapa teman mengunjungi wisata Sikembang di Batang. Nampak raut muka bahagia para pengunjung, petugas pariwisata, kelompok sadar wisata yang ada di lokasi. Dari pengeras suara petugas tidak hentinya menyuarakan protokol kesehatan selama di tempat wisata. Bergeraknya sektor wisata menggerakkan sector ekonomi lainnya seperti penyewaan penginapan, penyewaan peralatan kemah, penjual makanan, jasa kebersihan dan aktivitas ekonomi lainnya. Beberapa keluarga nampak ikut kemah denan mendirikan tenda dibawah pohon pinus. Anak-anak riang bermain di taman dan berenang ditemani segarnya udara pegunungan.
Strategi Komunikasi pariwisata
Untuk menunjang dan membangkitkan kembali industri pariwisata di era new normal dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat. Strategi komunikasi adalah kegiatan atau kampanye komunikasi yang sifatnya informasional maupun persuasif untuk membangun pemahaman dan dukungan terhadap suatu ide, gagasan atau kasus, produk maupun jasa yang terencana yang dilakukan oleh suatu organisasi baik yang berorientasi laba maupun nirlaba, memiliki tujuan, rencana dan berbagai alternatif berdasarkan riset dan memiliki evaluasi.
Berwisata di era new normal adalajj sebuah ide dan gagasan baru yang berbeda dengan pariwisata sebelumnya. Karena itu, strategi komunikasi haru berjalan searah dengan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah. Ada dua hal penting yang harus tercapai secara bersamaan yaitu berwisata dengan sehat dan sekaligus menggembirakan. Adanya protokol kesehatan jangan sampai dimaknai sebagai penghalang kegembiraan. Segenap stakeholders pariwisata harus memahami kondisi ini.
Dalam kunjungan penulis ke objek pariwisata Sikembang Batang misalnya, pihak pengelola terus menerus mengingatkan pengunjung untuk menaati protokol kesehatan. Area cuci tangan, ketersediaan sabun cuci, jaga jarak minimal satu meter dan papan himbauan untuk menggunakan masker sudah disediakan. Meski demikian kedisiplinan pengujung masih harus ditingkatkan. Masih banyak yang belum menaati protokol kesehatan ini.
Fakta ini bisa menjadi contoh bagaimana mengembangkan strategi komunikasi pariwisata di era new normal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, pertama, strategi komunikasi haruslah mencakup dua hal penting yaitu tercapainya aspek kegembiraan pengunjung dan kesehatan mereka. Bahasa dan cara yang digunakan pengelola untuk mengomunikasikan protokol kesehatan tidak boleh menakut-nakuti. Disiplin pelaksanaan tetapi tidak kaku. Informatif tetapi tidak menggurui.
Kedua, strategi komunikasi hanya akan efektif ketika segenap stakeholders memahami kondisi yang sama. Pengelola menyiapkan objek wisata dengan protocol kesehatan yang benar. Pengunjung disiplin menaati dan melaksanakan. Di sisi lain media bisa mengambil peran untuk mewartakan potensi wisata Jawa Tengah di era new normal.
Ketiga, secara periodik strategi ini harus di evaluasi secara rutin. Hal-hal yang kurang dan belum berjalan harus terus dibenahi. Sedangkan yang sudah berjalan baik bisa ditingkatkan.
Sebagai penutup, pembukaan sector pariwisata di era new normal adalah suatu keniscayaan. Kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir. Karena itu segenap aspek kehidupan termasuk pariwisata harus tetap berjalan dengan arahan protokol kesehatan. Strategi komunikasi yang diterapkan sebagai bagian dari edukasi budaya baru dalam berwisata. Sehingga pengunjung dan pengelola bisa tetap merasakan kegembiraan sekaligus kesehatan terjaga.
Mubarok, M.Si., dosen Program Studi ilmu Komunikasi Unissula Semarang