Sukmo uker adi luwih meto’no sukmo emban nyowo
Gusti Kang Moho Agung, wargo Jeporo nyuwun agung
Gusti Kang Moho Mulyo, wargo Jeporo nyuwun mulyo
Gusti Kang Maho Luhur, wargo Jeporo nyuwun luhur
Luhur saking kersane Allah
Sollowahu lintang angemboro dadi kalpikane jagad
Wargo Jeporo mengku dene buono kabeh
Luputno soko memolo
Luputno soko rubedo
Luputno soko deru bekti
Luputno soko pandemi
Sollowahu lintang angemboro dadi kalpikane
Wong Jeporo mengku isine buono kabeh
Amin…amin… ya robbal alamin
JEPARA (SUARABARU.ID) – Doa dan ratapan para seniman dan pegiat budaya Jepara yang dilantunkan oleh Ki Hadi Purwanto itu menjadi awal prosesi laku prihatin yang dilakukan Senin, 13/7-2020. Ia kemudian melanjutkan dengan membawakan mantram ruwatan sukerto, dengan harapan virus corona dapat segera di atasi bersama oleh punggawa praja dan warga Jepara.
Sebab pandemi akibat virus corona tidak kunjung henti. Bahkan semakin nggegerisi sebab menunjukkan angka yang semakin meninggi di Bumi Kartini. Akibatnya tanggap darurat diperpanjang hingga September mendatang.
Sebelumnya Ki Sasmito Cakra dengan diiringi gender membuka ritual itu dengan tembang Dandang Gula, laras slendro pathet 9 yang berisi doa pangruwat/tolak balak karya agung Sunan Kalijaga. Harapannya Allah akan membersihkan alam Jepara.
Laku keprihatinan seniman dan pegiat budaya ini dilakukan di tiga patung utama Jepara yaitu Patung Tiga Tokoh Perempuan di Ngabul, Tugu RA Kartini dan Tugu Pancasila di alun-alun Jepara. Dengan diiringi doa, mereka juga mengelilingi patung dan menuangkan air dari 9 mata air di empat penjuru Jepara yang ada di Nalumsari, Welahan, Kedung hingga Donorojo.
Diakhir prosesi, para peserta laku prihatin memecahkan kendi yang berisi air dari 9 mata air sebagai simbul, harapan dan doa, bahwa wabah corona akan berhasil dihilangkan dari Jepara.
Harus Ada Nahkoda
Koordinator Laku Prihatin Seniman – Budaya Jepara, Togar Sitegar dalam penjelasannya kepada media mengungkapkan, laku ini merupakan simbul harapan masyarakat. “Kami ada bersama mereka dan kami merasakan penderitaan warga. Mereka bukan saja terancam oleh covid-19, tetapi juga terancam tidak dapat makan, sebab lapangan pekerjaan semakin tidak ada,” ujarnya.
Karena itu ia berharap, Bupati Jepara Dian Kristiandi sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 harus mampu tampil sebagai seorang nahkoda yang cekatan untuk menggerakkan semua unsur yang ada untuk bergerak bersama. Harus ada nahkoda yang paham benar kompas pemandu perjalanan penanganan covid-19 “Ini waktunya bekerja, bukan lagi berwacana dan berencana,” tegas Tigor.
Sementara itu Ki Hadi Purwanto mengungkapkan kegelisahan seniman yang telah 4 bulan tidak lagi dapat berkarya ditengah-tengah masyarakat.
“Padahal dibelakang kami ada 1.200 orang lebih yang menggantungkan hidupnya dari kegiatan berkesenian. Ada sound system, sewa perlengkapan, musisi, penyanyi, waranggono dan bahkan pedagang kecilyang berjualan saat kami pentas,” ujar Hadi Purwanto.
Kalau kantor, pabrik, pasar tradisional dan swalayan boleh bekerja, mestinya kami juga diijinkan berkarya dengan protokol kesehatan, tambahnya.
Sementara itu Gus Luky, Ketua PAMMI Jepara yang juga ikut dalam laku keprihatinan mengajak semua pejabat dan warga Jepara untuk laku prihatin. “Jangan sampai dalam suasana keprihatinan seperti ini justru warga mendengar ada pejabat yang bersenang-senang. Walaupun di luar kota” ujarnya tegas.
Sedangkan Achmad Busro Bolo-Bolo musisi senior Jepara berharap, Gugus Tugas segera bergerak cepat dengan langkah yang terencana dan semakin padu antar semua pemangku kepentingan. “ Jika mereka padu, rakyat pasti akan bersama bergerak,” tegasnya.
Hadepe