blank
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit. Antara

LEBAK (SUARABARU.ID) – Pendapatan perajin kayu di Kabupaten Lebak, Banten, sejak dua pekan terakhir ini cenderung meningkat setelah pemerintah daerah memberlakukan era normal baru.

“Kami berharap permintaan pasar meningkat,” kata Rapi (50) seorang perajin kayu warga Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak, Minggu.

Peningkatan pendapatan omzet hingga mencapai Rp20 juta dari sebelumnya hanya Rp3 juta/dua pekan akibat adanya pemeriksaan COVID-19 di perbatasan.

Namun, pemerintah daerah menerapkan era normal baru dan tidak ada lagi pemeriksaan COVID-19, sehingga berdampak terhadap penjualan.

Konsumen banyak dari Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Serang dengan membeli produk kayu, seperti kursi, meja dan tempat tidur.

“Kami menjual produk kerajinan kayu mulai Rp1,2 juta sampai Rp5 juta per set,” katanya.

Menurut dia, produk kerajinan kursi, meja dan tempat tidur itu menggunakan bahan baku kayu jati dan mahoni yang didatangkan dari Jawa Tengah.

Sebab, kayu jati dan mahoni dinilai lebih kuat sehingga banyak konsumen membeli untuk perabotan rumah tangga.

Meningkatnya permintaan pasar diharapkan para perajin kayu di Kabupaten Lebak kembali bangkit, sehingga menyumbangkan ekonomi dan penyerapan lapangan pekerjaan.

“Kami kini memperkerjakan kembali sebanyak delapan orang setelah meningkatnya omzet itu,” katanya menjelaskan.

Begitu juga perajin kayu lainnya, Udin (60) warga Rangkasbitung mengaku bahwa dirinya selama dua pekan ini mendapat pesanan sebanyak enam set kursi dengan harga Rp juta, padahal sebelumnya belum mendapat permintaan konsumen.

Sebelumnya, kata dia, dirinya memiliki empat karyawan terpaksa dirumahkan selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) COVID-19.

Namun, kini kembali meningkat omzet pendapatan setelah diberlakukan era normal baru.

“Kami berharap usaha ini kembali normal dan bisa memperkerjakan kembali karyawan,” katanya.

Kepala Bidang Industri Kecil Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Lebak Saepudin mengatakan saat ini jumlah perajin kayu di daerah cukup banyak hingga di atas 30 unit pelaku usaha dengan menyerap tenaga kerja di atas 230 orang.

Pemerintah daerah mengoptimalkan pembinaan dan pelatihan serta memberikan bantuan peralatan kepada perajin kayu.

“Kami minta pengrajin kayu terus meningkatkan kualitas sehingga bisa ekspor, seperti kerajinan bambu hingga menembus pasar Eropa,” katanya.

Ant/Muha

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini