blank
Sejumlah angkutan kota antre menunggu penumpang di depan Pasat Bitingan Kabupaten Kudus. foto:Ant/Suarabaru.id

KUDUS (SUARABARU.ID) – Sejumlah awak angkutan kota di Kabupaten Kudus minta mendapatkan prioritas pembelian bahan bakar minyak jenis premium karena harganya lebih murah sehingga biaya operasionalnya tidak terlalu mahal dibandingkan dengan BBM jenis lain.

“Jika membeli pertalite, tentu harganya jauh lebih mahal sehingga tidak sebanding dengan pemasukan selama ini,” kata salah satu sopir angkot jurusan Terminal Induk Jati-Colo Narto di Kudus, Jumat.

Ia mengakui mengalami kesulitan, terutama mendapatkan penumpang, pada masa pandemi virus corona baru (COVID-19).

Kalaupun ada penumpang, kata dia, hanya mengandalkan penumpang dari pekerja pabrik rokok serta pedagang pasar.

“Itu pun jika beruntung karena harus antre terlebih dahulu. Jika ingin mendapatkan penumpang dari buruh pabrik rokok, maka mobil harus diparkir di depan pabrik pada malam harinya agar keesokan harinya bisa mengantarkan pulang buruh pabrik,” ujarnya.

Jika tidak antre sejak malam hari, kata dia, keesokan harinya dipastikan sudah banyak angkot lain yang lebih dahulu antre.

Dalam sehari, kata dia, belum tentu bisa mendapatkan penumpang, sedangkan saat mujur bisa mendapatkan pemasukan antara Rp50.000 hingga Rp70.000 sehari.

“Penghasilan sebesar itu, belum dipotong untuk pembelian BBM serta setoran kepada majikan sebesar Rp30.000,” ujarnya.

Untuk itu, dia berharap, mendapatkan prioritas membeli premium, meskipun bisa membeli hingga Rp200 ribu, namun mayoritas angkot hanya mampu membeli Rp50.000 karena disesuaikan dengan jumlah penumpang yang dilayani.

Setiap kali masuk SPBU, dia mengaku, tidak selalu bisa mendapatkan premium, sedangkan ketika tersedia harus rela antre lama dan bersaing dengan para pedagang eceran yang kulakan memakai mobil.

Awak angkot lainnya, Cahyadi, mengakui sering kali mendapat perlakuan kurang mengenakkan saat antre membeli premium.

“Operator SPBU sering kali memprioritaskan pedagang eceran yang membeli dengan mobil,” ujarnya.

Mengingat awak angkot membeli premium maksimal Rp50.000 per hari, dia berharap, mendapatkan prioritas agar setiap kali membutuhkannya bisa mendapatkan, mengingat saat sekarang juga membutuhkan bantuan agar masih bisa tetap bekerja.

“Saya lebih mengutamakan membeli premium karena harganya hanya Rp6.550/liter, sedangkan pertalite lebih mahal karena mencapai Rp7.650/liter, mengingat saat ini cenderung sepi penumpang,” ujarnya.

Ant-Tm