Hendi: Warga Tetap Ndableg, New Normal Urung Dijalankan

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Wali Kota Semarang, Hendar Prihadi menegaskan jika rencana pemberlakuan skema New Normal pada tanggal 8 Juni masih menjadi kemungkinan, yang berarti opsi memperpanjang PKM atau bahkan menetapkan PSBB masih terbuka.

 

Pasalnya sejak angka positif Kota Semarang menyentuh titik terendah sebanyak 47 orang pada tanggal 19 Mei 2020, angka positif Covid-19 di Ibu Kota Jawa Tengah jelang lebaran hingga saat ini justru terus mengalami tren berbalik arah, atau semakin bertambah.

 

Puncaknya, pada tanggal 28 Mei 2020 tercatat positif Covid-19 hampir mencapai dua kali lipat dari titik terendah, yaitu sebanyak 86 orang.

 

Dengan berlipatnya penderita Covid-19 di Kota Semarang sejak masa jelang lebaran hingga hari ini, Hendi belum dapat memastikan apakah Ro Covid-19 di Kota Semarang dapat berada di bawah angka ambang 1, ketika PKM berakhir pada tanggal 7 Juni 2020.

 

“Kita belum tahu nanti pada saat PKM tahap 2 berakhir nanti Ro nya bisa di bawah 1 atau tidak. Kalau di bawah 1 ya New Normal kita jalankan, tapi kalau tidak ya mohon maaf, PKM kita perpanjang, atau bahkan PSBB. Maka sekarang tergantung masyarakat, mau tertib atau tidak, kalau tidak ya kita seperti ini saja, di rumah terus tak ada aktifitas yang bisa dijalankan,” tandasnya.

 

Hendi menekankan, dengan semakin banyaknya masyarakat yang tidak tertib dalam masa PKM, maka Ro di Kota Semarang akan semakin sulit dikendalikan, yang berarti kemungkinan menjalankan New Normal pada tanggal 8 Juni 2020 akan semakin jauh.

 

“Sampai tadi malam, Kamis (28/5/2020), teman – teman patroli masih menemukan warga yang nongkrong di luar tanpa masker, diingatkan malah marah – marah. Saya rasa sulit kalau yang berupaya New Normal hanya Pemerintah dan sebagian masyarakat saja, perlu upaya bersama, perlu pengorbanan bersama, perlu saling mengingatkan, perlu saling mengimbau,” katanya.

 

Di sisi lain, Hendi juga menegaskan jika pun New Normal mulai dijalankan di Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang tak akan langsung melepas segala aturan yang diberlakukan.

 

“Seperti sekolah misalnya, karena baru masuk Juli, ya nanti di bulan Juli kita lihat, apakah angka Covid-19 trennya konsisten turun, atau bahkan melonjak lagi. Yang pasti kalau SOP Kesehatan sukar dijalankan, lalu angka positifnya justru tinggi, yang kita akan ambil kebijakan baru,” pungkasnya.