blank
Cover buku "Mengikat Tradisi Menguntai Puisi" dengan latar belakang foto benteng Pasar Esuk Kota Tegal. 

blankPARA penyair Tegalan yang tergabung dalam wadah Komunitas Sastrawan Tegalan membuat karya antologi puisi Tegalan yang mereka namai Wangsi (Wangsalan – Puisi)

Antologi tersebut berjudul “Mengikat Tradisi Menguntai Puisi, Genre Baru Puisi Tegalan” diterbitkan oleh Balai Bahasa Jawa Tengah (BBJT).

Sastrawan Tegal, Lanang Setiawan yang juga satu penulis di buku antologi itu, mengatakan penyusunan dan penerbitan antologi Wangsi ini merupakan pengenalan genre baru dalam khazanah estetika puisi Tegalan kepada masyarakat pecinta puisi)

“Buku antologi Wangsi ini menjadi tonggak penting bagi pengenalan genre baru dalam khazanah estetika puisi Tegalan yang sedang moncer di kalangan seniman Tegal berbasis lokal jenius,” kata Lanang yang juga bertindak sebagai penyunting Senin (18/05).

Diterbitkannya buku ini oleh BBJT, kata dia, merupakan sebuah penghargaan dan tonggak pengakuan BBJT atas gerakan Sastra Tegalan yang telah berkiprah selama 26 tahun tanpa putus.

Menurutnya, buku ini salah satu dari sekian banyak wujud dukungan terhadap upaya pengembangan Sastra Lokal di daerah masing- masing.

Lanang menyebutkan antologi Wangsi ini ditulis oleh 15 penyair memuat 36 karya.

“Kami berharap buku ini bermanfaat bagi khalayak luas dalam upaya membangun peradaban konstruktif dan humanis,” ujarnya.

Karena itu, Lanang mengharapkan sekolah, perpustakaan, dan instansi dapat memenuhi rak bukunya dengan antologi Wangsi ini.

Ia menuturkan, penulis yang menyumbangkan Wangsi di buku ini yakni, mantan Wakil Wali Kota Tegal yang juga seorang penyair dan dosen, Maufur; seniman Mohammad Ayyub, Eppy Budi Prie (PNS Tegal), Endang Sri Witanti (guru SMAN Brebes), Dwi Ery Santoso, Heni Oemar (gur SMPN Tegal), Rois Abdullah (guru SMK Tegal), Dina Nurmalisa Sabrawi (dosen Unikal), Ria Candra Dewi (dosen), Tri Mulyono (dosen) Abu Ma’mur (guru SMP Brebes), Trisno Riyadi (penjual baklor), Endhy Kepanjen, Ipuk NM Nur, Prasetyawati (guru SMPN Tegal), dan Lanang Setiawan.

Sementara itu, Kepala BBJT Dr. Tirto Suwondo, M.Hum menuturkan, buku Wangsi berjudul “Mengikat Tradisi Menguntai Puisi, Genre Baru Puisi Tegalan” ini merupakan salah satu wujud nyata dari upaya BBJT menyediakan bahan bacaan bagi masyarakat. Buku ini berisi sejumlah karya Wangsi (Wangsalan-Puisi) karya 16 penyair berbahasa daerah dari wilayah Tegal, Jawa Tengah.

“Diharapkan karya-karya Wangsi yang mereka sebut sebagai “genre baru puisi Tegalan” —walaupun sebutan genre baru dalam konteks ini masih terbuka untuk diperdebatkan— yang disajikan di dalam buku ini bermanfaat bagi kemajuan salah satu sastra daerah (lokal) di Indonesia, khususnya sastra daerah Tegal,”

Selain itu, katanya lebih lanjut, tentu saja, karya-karya Wangsi ini diharapkan juga memberikan sumbangan berarti bagi perkembangan sejarah sastra (sosial, budaya, humaniora) di Indonesia pada umumnya.

“Kami, atas nama Balai Bahasa Jawa Tengah, menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada berbagai pihak, terutama kepada penggagas Lanang Setiawan, para penulis, pemberi kata pengantar Muarif Esage, penyunting, pendesain sampul SL Gaharu, dan pencetak sehingga buku ini dapat hadir menemani pembaca.”

Rencana buku antologi Wangsi ini, akan terbit usai lebaran tahun ini (@)

Tim SB

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini