GUNUNG KIDUL (SUARABARU.ID)– Jumlah Orang Tanpa Gejala yang reaktif COVID-19 di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 108 jiwa, setelah pada Jumat (15/5) bertambah delapan kasus setelah menjalani rapid test.
“Jumlah Orang Tanpa Gejala (OTG) yang menjalani rapid test reaktif saat ini mencapai total 108 jiwa,” kata Kepala Dinkes Gunung Kidul Dewi Irawaty di Gunung Kidul, Sabtu.
Seperti diketahui, di DIY terdapat tiga kabupaten yang masuk zona merah transmisi lokal, yakni Sleman, Bantul dan Gunung Kidul. Sehingga wilayah tersebut berpotensi OTG reaktif terhadap COVID-19.
Hingga saat ini terdapat total 24 kasus positif COVID-19 di Gunung Kidul. Penambahan terakhir terjadi pada Rabu lalu dengan tiga kasus baru. Sebanyak 16 pasien positif masih dalam perawatan, di mana 13 pasien di antaranya dirawat di RSUD Wonosari.
Tercatat sudah ada 12 pasien sembuh dari total 24 kasus positif COVID-19. Sementara itu, sebanyak 93 dari total 166 spesimen dipastikan negatif COVID-19. Saat ini masih ada 45 spesimen dalam proses laboratorium.
Dewi pun memastikan para OTG yang menjalani karantina mandiri sudah diberi edukasi terkait syarat-syarat penerapan karantina. Ia juga mengatakan sampai saat ini RSUD Saptosari masih bisa dimanfaatkan.
“Saat ini ada sembilan OTG rapid test reaktif yang menjalani isolasi di RSUD Saptosari. Sedangkan puluhan lainnya menjalani karantina mandiri di kediaman masing-masing,” katanya.
Terkait penambahan OTG rapid test reaktif secara simultan selama beberapa hari terakhir, Dewi mengatakan saat ini ada beberapa lokasi yang dipersiapkan menjadi tempat karantina bagi mereka.
“Kami sudah memetakan lokasi karantina, tapi saat ini masih melalukan pendekatan kepada masyarakat. Kami berharap segera ada titik terang,” katanya.
Sementara itu, Direktur RSUD Saptosari Dr. Eko Darmawan mengatakan RSUD Saptosari juga siap menerima pasien positif COVID-19 jika ada tambahan. Meskipun demikian, pihaknya baru mampu menangani pasien positif dengan gejala ringan.
“Selama pembangunan tersebut, kami menjamin aktivitas isolasi OTG tetap bisa dilakukan,” kata Eko.
Ant/Muha