SALATIGA. SUARABARU.ID – Jasa Wedding Organizer (WO) serta Photobooth, satu dari sekian usaha perorangan yang ikut menjadi “korban” pandemi covid-19 saat ini. Makin parah, saat pemerintah dengan tegas melarang adanya kegiatan mengundang masa di antaranya hajatan pernikahan.
Namun kisah inspiratif dilakoni pasangan muda asal Salatiga patut menjadi motivasi untuk tidak patah arang melanjutkan perekonomian keluarga. Adalah Rya Eka W dan Unggul Cahyo Laksono, yang tinggal di Perum Taman Mutiara, Gang Blue Safir 23, Kelurahan Tingkir Tengah, Kacamata Tingkir, Salatiga.
Keduanya, sejak enam tahun terakhir sempat menjalankan usaha WO plus Photobooth bernama Hemas WO dan ElletraPhotobooth’. Namun, siapa sangka pandemi covid-19 menghancurkan segalanya. Bahkan, mereka pun harus memberikan pengertian kepada para karyawan lepas yang direkrut dari kalangan mahasiswa pencari penghasilan tambahan tak menerima uang ‘pesangon’.
Inspiratif
“Karena memang tidak ada yang menyewa kita, praktis kami pun meminta pengertian para karyawan lepas. Dan alhamdulillah mereka pun paham, ini bukan kehendak kita,” kata Rya mengawali perbincangannya dengan wartawan, Senin (4/5).
Sebelum corona, satu momen dapat diperoleh Rya bersih mencapai Rp 3 juta -4 juta. Tapi sejak pemerintah mengeluarkan tidak boleh mengggelar hajatan praktis kondisi ekonomi ikut terpukul, karena WO dan Photobooth tutup total
Baik Rya dan sang suami, tak patah arang menerima nasib usaha mereka tak lagi bisa membantu perekenomian keluarga. Keduanya pun putar otak. Keduanya kemudian banting stir menanggalkan keahlian mereka dalam mengurusi pernikahan orang lain, berdalih menjajal bisnis kuliner secara online.
“Karena dapur harus tetap ngebul dan bisa masak ilmu dari ibu say akhirnya, membuat jajanan berbuka puasa secara online,” ujarnya.
Ibu muda dari Maximilian Beryl dan Kyla Nasya jeli melihat peluang bisnis kuliner rumahan. Diuntungkan dengan momen Ramadan saat ini, Rya mampu membuat dapurnya kembali ‘bernafas’
Dengan kuliner yang ia beri label ‘Nyemil Food’, Rya membuat jenis cemilan yang tak biasa. Unik dan menarik, menjadi pilihannya. Yakni menjual risoles isi ayam mercon.
“Risoles ini barang sepele. Tapi karena isi yang beda, harga juga terjangkau banyak yang berminat. Dan alhamdulillah, dalam seminggu cukup membantu dapur tetap ‘ngebul’ dan optimis ditengah kondisi seperti saat ini,” ujarnya.
Masih dalam kemasan industri rumahan, Rya menjual secara online dengan harga terjangkau. Satu pis seharga Rp 2.500, Rya menjual dalam bentuk pak-pakan dengan wadah mika berisi 12 pis dan dijual dengan harga Rp 12.500. “Hasilnya, sehari bisa terjual 20-25 pak,” imbuhnya.
Sebagai upaya tetap mengedepankanprotokol covid-19, Rya dan suami menyediakan layanan antar langsung ke pemesan. Ia pun berbagi tugas dengan suami dalam mengantar pesanan. Grup WhatsApp, berbagai medsos dimiliki keduanya, menjadi sasaran suami istrinya ini dalam memasarkan menu berbuka puasa khas lidah Nusantara tersebut.
Tidak hanya di Salatiga. Jangkauan risoles buatan Rya telah mencakup wilayah Ambarawa dan Ungaran sekitarnya. Rya berharap, langkahnya inspiratifnya ini bisa menjadi motivasi bagi pemilik usaha yang tutup imbas dari pandemi covid-19.
“Setelah sedikit mapan dan covid-19 mereda, saya berencana, membuka gerai kecil-kecilan dan risoles secara menetap,” pungkasnya.
Nena-trs