JEPARA (SUARABARU.ID)–Ketika covid-19 mulai merambah tanah air dan korban mulai berjatuhan, ada juga perasaan cemas dan takut di hati mereka yang bertugas menyucikan jenazah di RSUD RA Kartini Jepara. Sebab virus corona memiliki cara penularan yang sangat cepat hingga banyak juga petugas medis yang menjadi korban dari orang yang ditolongnya.
“Sedangkan kami ada di sini, di instalasi pemulasaraan jenazah. Tempat pelayanan terakhir pasien yang dijemput takdirnya di rumah sakit ini,” ujar Maryadi, (35 th) salah seorang petugas di RSUD RA Kartini, yang juga mendapatkan tugas untuk menyucikan jenazah yang dimakamkan dengan protokol covid-19. Sampai saat ini ada tiga orang pasien PDP yang dimakamkan dengan protokol itu.
Ayah satu orang anak lulusan sebuah SMK di Jepara ini bertugas di instalasi pemulasaraan jenazah sejak tahun 2011. Di bawah bimbingan Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah, dr Nesia Hani Alviyuliani, Maryadi bersama Susanto, Karjono, dan Eko Pambudi bertugas untuk menangani pemulasaraan jenazah mulai dari ruang isolasi, penyucian hingga dibawa oleh ambulance ke pemakaman..
Menurut Maryadi, untuk menghilangkan perasaan cemas dan takut, di samping berusaha menaati semua prosedur, termasuk menggunakan APD, mereka berdoa.
“Memang hanya bisa berdoa agar Allah memberi kami perlindungan. Apalagi keluarga juga kadang mengungkapkan rasa cemasnya. Semoga tugas kemanusiaan ini bisa diterima sebagai ibadah kami,” ujar Maryadi yang mengaku membiasakan diri berdoa dua kali ketika akan menangani pasien dan setelah selesai.
Perasaan cemas juga kerap kali mewarnai suasana batin Eko Pambudi dan keluarganya. Sebab walaupun protokol pemulasaraan jenazah telah ada, namun kabar banyaknya petugas medis yang jadi korban karena tertular virus corona di telvisi, acap kali menggelayutkan rasa cemas saat melaksanakan tugas.
“Tempat berlari kami hanya pada Allah. Memohon keselamatan dan perlindungan bagi kami dan keluarga. Juga saling mendoakan dan saling menguatkan satu dengan yang lain,” ujar Eko Pambudi yang sejak tahun 2006 sudah bekerja di RSUD RA Kartini dan tahun 2011 ditugaskan di instalasi pemulasaraan jenazah.
“Menyucikan jenazah adalah tugas yang sangat mulia. Karena itu dengan doa kepada Allah, perasaan takut dan cemas itu perlahan hilang,” ujar Karjono yang sejak tahun 2016 bertugas di instalasi ini.
Menyucikan jenazah adalah tugas mereka, termasuk menyucikan jenazah dengan protokol covid-19. “Karena itu harus kami jalani dengan senang dan penuh semangat,” tambah Karjono.
Menurut Karjono, kekompakan tim dalam menjalankan tugas kemanusiaan juga merupakan bagian penting dalam menjalankan tugas di ruang pemulasaraan jenazah.
“Kami saling mendukung satu dengan yang lain. Termasuk juga dukungan dari bu dokter yang selalu membimbing dan mengarahkan kami,” ujarnya.
Keluarga Mencemaskan
Jika melihat banyaknya kasus yang terjadi, rasanya miris dan cemas juga. Istri dan keluarga juga cemas. “Tetapi inilah tugas dan pengabdian yang bisa kami berikan,” ujar Susanto yang sejak tahun 2017 ditugaskan di instalasi ini. Sebelumnya sejak tahun 2003 ia menjadi cleaning service.
Karena itu menurut Susanto, di instalasi ini mereka saling memberikan motivasi satu dengan yang lain. Juga berdoa memohon kekuatan dari Allah. “Apalagi memakai baju APD itu tidak nyaman. Bagi yang muda, 2 jam saja rasanya sudah empet-empetan. Padahal baju itu harus kami pakai selama kami melakukan pemulasaraan jenazah,” ujarnya.
Perasaan cemas menurut dr Nesia Hani Alviyuliani juga manusiawi. Sebab virus corona telah menjadi pandemi global yang baru. Walaupun ia mendapatkan dukungan dari suaminya yang juga seorang dokter. “Berdoa dan yakin dilindungi Allah akan membuat kita positive thinking. Insyaalah niat baik akan berbuah kebaikan juga,” ujar dr. Nesia Hani Alviyuliani yang sejak dua tahun lalu menjadi Kepala Instalasi Pemulasaraan Jenazah.
Karena ini virus baru, maka belajar banyak tentang virus ini termasuk juga cara untuk mengantisipasi penularannya harus ia lakukan. “Karena itu di samping dari internal rumah sakit dan menjalani seluruh protokol kami juga konsultasi dengan dr Sigit Sp. Forensik dari Semarang,” tambahnya.
Disiplin terhadap seluruh protokol itu pula yang ditanamkan kepada staf yang ada di instalasi pemulasaraan jenazah. “Mulai dari pemakaian APD secara benar, menjaga kebersihan dan juga menjaga daya tahan tubuh hingga menjalankan secara detail pemulasaraan jenazah,” ujar dr Nesia Hani Alviyuliani.
Semoga doa para penyuci jenazah yang berada di instalasi pemulasaraan jenazah ini didengarkan oleh Allah dan permintaannya dikabulkan. Sebab menurut mereka, tugas yang dilakukan adalah panggilan kemanusiaan dan sekaligus bentuk ibadahnya kepada Allah.
Hadepe-trs