BLORA (SUARABARU.ID)– Wakil Bupati Blora, Arief Rohman, bersama Ketua Komisi D DPRD, Ahmad Labib Hilmy dan Mujoko, Kamis (30/4/2020), meninjau pos pantau kesehatan, sekaligus pos jaga di perbatasan Blora dengan Ngawi (Jateng-Jatim).
Pos jaga kesehatan itu masuk wilayah Desa Getas, Kecamatan Kradenan, yang ada di desa paling ujung Selatan, berdekatan dengan Ngawi.
Saat di lokasi, wabup dan rombongan langsung menuju pos pantau di perempatan Desa Getas, yang berfungsi untuk mengendalikan arus lalu lintas dari Kabupaten Ngawi, di tengah pandemi Covid-19.
BACA JUGA : Pemudik Blora 27.608, Positif Hasil ‘Rapid Test’ 13 Orang
Rombongan bertemu dengan Kepala Desa Subowo, Babinsa dan Bhabinkamtibmas serta relawan Covid-19 Desa Getas.
Di pos pantau itu, mereka berdiskusi soal perkembangan wabah virus Corona, dan menyalurkan bantuan Alat Pelindung Diri (APD), berupa masker dan hand sanitizer.
Selain di pos pantau, Wabup Blora juga meninjau di Puskesmas Pembantu Desa Getas, untuk menyerahkan bantuan APD.
Di hadapan Wakil Bupati, Kades Getas Subowo menyampaikan, desanya menjadi salah satu gerbang masuk pendatang dari Ngawi, Madiun, Magetan, Solo dan sekitarnya.
Pos Pantau
Untuk keperluan pengawasan dan pemantauan kesehatan, pihak desa mendirikan pos pantau terpadu, yang rutin dijaga jajaran Kodim, Polres dan Dinkes, guna memantau para pendatang.
”Banyak yang lewat sini, baik dari Ngawi, Madiun, Magetan dan sekitarnya. Maka para pendatang yang masuk langsung kami cek kesehatannya,” jelas Subowo.
Subowo tidak ingin persebaran virus Corona masuk ke desanya, apalagi kemarin sudah ada sembilan santri dari Temboro, Magetan, yang pulang ke orang tuanya, setelah cek rapid test, ada satu yang positif.
Menurut Subowo, satu santri yang positif rapid test ini sudah dibawa ke RSUD Cepu untuk pengambilan swab test.
”Kami berharap, satu santri warga kami hasil lab swab test-nya negatif,” beber Kades Getas.
Dalam kesempaatan itu, Subowo mengusulkan kepada wabup dan anggota DPRD yang datang, agar di Desa Getas ini bisa dibangun fasilitas layanan kesehatan berupa Puskesmas, bukan Puskesmas Pembantu.
”Wilayah kami jauh dari Puskesmas Menden, jaraknya belasan kilometer, jalan tidak bagus, licin saat musim hujan,” tambah Subowo.
Lantaran adanya hanya Puskesnas Pembantu, tidak ada dokternya, hanya perawat dan bidan desa, pihaknya usul agar dibangun Puskesmas.
Dijelaskan Subowo, jika berdiri Puskesmas Getas, nantinya selain bisa melayani kesehatan untuk warga setempat, juga bisa melayani warga Desa Nglebak, Megeri, Tlogotuwung, Bodeh, dan dukuh lainnya. Selain itu, jaraknya lebih dekat ke Getas ketimbang ke Puskesmas Menden ataupun Randublatung.
Mendapat keluhan itu, Wakil Bupati Blora langsung menghubungi Perhutani KPH Ngawi via telepon, terkait usulan masyarakat Getas, adanya pembangunan Puskesmas.
”Sudah saya hubungi Perhutani KPH Ngawi, mekanisme nya nanti kita susun bersama,” kata Arief Rohman.
Menurut dia, nanti tanah bisa pinjam pakai lahan Perhutani. Kebutuhan luas lahannya berapa, bisa dihitung disertai pengajuan dari desa dan masyarakat. Pemkab lanjut wabup, akan mengawalnya.
Desa Strategis
Sebagai bentuk keseriusan, wabup sengaja mengajak Komisi D DPRD agar bersama-sama bisa mengawal pengusulan dan penganggarannya dari dewan.
Wabup menyebut, meski jauh dari pusat pemerintahan, namun Desa Getas dinilainya strategis, jika dirintis sebagai titik perekonomian baru di Blora Selatan, karena terletak di jalur perlintasan antara Randublatung-Ngawi.
”Sebenarnya pembangunan jalan Randublatung-Getas sampai batas Ngawi tahun ini sudah diusulkan kelanjutannya. Namun karena ada wabah virus Corona, jadi tertunda lagi.
Wahono-Riyan