JEPARA(SUARABARU.ID) – Lima ratus lebih perajin mainan anak di Desa Karanganyar, Welahan kini hanya bisa pasrah dan tertunduk lesu.
Mereka bukan saja merenungi nasibnya ketika tiba-tiba saja penghasilan mereka ‘direnggut’ Covid-19. Tak terbayang terbayang di mata mereka, betapa jutaan anak pedesaan di seluruh Tanah Air tiba-tiba tidak bisa menikmati mainan hasil karya mereka.
Anak-anak tidak bisa berlari-lari di halaman rumah dengan membawa kitiran, atau anak balita tidak bisa mendorong trotokan sambil tertawa bahagia. Atau bermain boneka engkek, lelean tarik atau boneka kain perca dengan kakak, adik atau temannya
Padahal biasanya hasil karya perajin mainan anak dari desa ini mewarnai dunia anak di seluruh pelosok tanah air, bahkan sampai Malaysia dan Brunei.
Walaupun terdesak dengan permainan game di android, mainan anak dari Karanganyar masih saja mendapatkan tempat khusus di hati anak-anak pedesaan.
Mainan anak khas Karanganyar ini memang hanya menggunakan bahan baku dari bambu, kertas, mika, evamet, karet, lem, kaleng, dan kain perca serta pewarna, sehingga harganya relatif murah dan cocok untuk anak-anak pedesaan.
“Namun karena kreativitas teman-teman perajin, mainan anak ini menjadi menarik bagi anak-anak,” ujar Sumarno, salah satu perajin.
Mereka sadar, dampak pandemi global ini bukan hanya mereka yang merasakan. Namun bagi mereka Covid-19 adalah pukulan paling berat yang pernah mereka alami sepanjang sejarah sentra mainan yang mulai dirintis Mbah Mudi dan Mbah Sanusi tahun 1975 dengan membuat kitiran.
“Kami sedang dalam puncak produksi dan saatnya mengirim barang ke berbagai pulau dan daerah. Namun tiba-tiba saja bencana ini datang. Barang yang sudah dibungkus kini menumpuk di rumah perajin,” ujar Sumarno, salah satu tokoh perajin mainan anak yang juga Ketua Kelompok Usaha Berkah Jaya 4 Desa Karanganyar.
5 Kelompok
Di desa ini kelompok pengrajin mainan anak memang terkelola dengan baik. Saat ini ada 5 kelompok yaitu Kelompok Usaha Bersama Mekarjaya, Mekar Makmur, Mekar Maju, Mekar Sari dan Kelopok Usaha Bersama Karya Lancar.
Saat ini ada 125 perajin yang tergabung dalam 5 kelompok dan jika diitung dengan tenaga kerjanya mencapai 500 orang lebih. Ini belum termasuk yang berjualan keliling di hampir semua Desa di Jepara dan sekitarnya. Mereka dibina oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah dan Dinas Kabupaten hingga bisa berkembang.
Menurut Sumarno, dalam kondisi yang sulit seperti ini memang sangat diharapkan uluran tangan dari siapa pun, termasuk pemerintah kabupaten dan pusat. Utamanya untuk tenaga kerja yang selama ini menggantungkan hidupnya dari membuat mainan anak-anak.
Hal itu karena memang keterampilan satu-satunya yang dimiliki. Apalagi akhir wabah ini belum diketahui, walaupun kita semua berdoa pandemi Covid-19 ini segera teratasi.
Hadepe