GROBOGAN (SUARABARU.ID) – Usai pemerintah menyatakan anjuran untuk social distancing dan phsyical distancing guna memutus rantai covid-19, secara langsung membuat sejumlah masyarakat yang bergantung dengan penghasilan sehari-hari terkena dampaknya. Salah satunya yaitu sopir taksi online.
Rahmad Hidayat, warga Desa Cengkrong, Kecamatan Purwodadi, sehari-harinya bekerja sebagai sopir taksi online. Pria 35 tahun ini mulai merasakan dampak dari adanya wabah covid-19. Biasanya, ia mendapat 10-20 penumpang, baik tujuan dalam maupun luar Kabupaten Grobogan.
Namun, setelah adanya wabah covid-19 ini, bersamaan dengan anjuran social distancing dan phsycal distancing membuat sepi penumpang. Sempat khawatir dengan kondisi tersebut, tiba-tiba ada kenalannya yang meminta dibuatkan masker sebanyak 1000 buah.
Pucuk dicita, ulam pun tiba. Dayat sapaan akrabnya, langsung mengiyakan tawaran itu. Ia teringat, istrinya punya banyak kenalan penjahit.
Akhirnya, ia mendata penjahit yang mau diajak bekerja sama untuk membuat masker. Dengan suka hati, 15 penjahit di desanya, langsung mengiyakan tawaran tersebut.
“Pertama itu ada kenalan saya yang minta dibuatkan masker. Saya langsung iyakan. Awalnya, berpikir bahan apa yang cocok untuk masker produksi kita. Akhirnya, masker dengan bahan spoundbound dilapisi filter. Bahannya adem, jadi kita langsung buat. Bisa dibentuk ala hijab atau tali biasa,” jelas ayah tiga anak ini.
Dibantu istrinya, masker ini langsung dibuat. Modal hanya Rp 750 ribu yang merupakan uang muka dari kenalannya itu akhirnya terus berkembang menjadi banyak.
“Saya tidak menyangka akhirnya banyak yang suka dan pesanan terus berdatangan. Soal harga, kita tetap memberikan harga yang masih dibawah Rp 5 ribu setiap bijinya,” ujar Dayat.
Melalui fasilitas daring, Dayat melakukan promosi masker yang diproduksinya itu. Satu per satu, pesanan datang beruntun. Tak hanya pembeli dari wilayah Kabupaten Grobogan saja yang memesan masker buatannya itu.
“Kemarin kita kirim ke Jawa Timur. Kemudian, kita juga ke Semarang. Kita kirim sendiri kalau memang banyak jumlahnya. Kalau hanya seribu masker kita paketkan langsung lewat ekspedisi pengiriman,” jelas Dayat.
Suami dari Resta Anggraini ini tidak menghitung berapa laba bersih yang ia terima dari hasil penjualan maskernya. Ia justru merasakan ikut peduli dan ambil bagian di saat wabah covid-19 ini berlangsung.
“Yang pastinya, saya bersyukur, tak hanya saya yang peduli. Tetapi para penjahit yang saya mintai untuk menjahitkan masker saya ini, juga ikut peduli. Yang penting, keluarga mereka bisa makan di saat situasi seperti ini,” jelasnya.
Dayat sendiri memang banyak melakukan kegiatan positif untuk menunjang kebutuhan rumah tangganya. Sebelum dikenal sebagai sopir taksi online, ia pernah menjadi marketing di perusaan leasing dan operator telepon selular di wilayah Grobogan.
Setelah memiliki anak ketiga, Dayat keluar dari pekerjaannya dan memilih menjadi sopir taksi online. Ia juga sempat membuka konter berjalan di Jalan R. Suprapto dan harus ditutup lantaran penetapan zona merah.
“Sekarang mencari pekerjaan susah. Selama ada yang sudah percaya sama kita, tetap kita lakukan dengan komitmen dan tanggung jawab. Hasilnya seperti ini terus berkembang,” tutur Dayat.
Selain promosi lewat daring secara pribadi, Dayat juga dibantu teman-teman dekatnya serta keluarga besar.
“Promosi dibantu teman-teman dekat dan keluarga besar. Saya berharap, masker produksi rumahan ini bisa dipergunakan masyarakat. Apalagi saat pandemi covid-19 ini,” jelas Dayat, yang ingin terus mengembangkan produksi maskernya tersebut.
Hana Eswe-Wahyu