NEW YORK (SUARABARU.ID) – Harga minyak memperpanjang kerugiannya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah data menunjukkan pukulan keras terhadap permintaan minyak mentah sebagai akibat dari penguncian terkait pengendalian virus Corona.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei, turun 0,24 dolar AS atau 1,19 persen, menjadi menetap pada 19,87 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. WTI mencatatkan penutupan terendah sejak Februari 2002.
Sementara minyak mentah Brent untuk pengiriman Juni, turun 1,91 dolar AS atau 6,45 persen menjadi ditutup pada 27,69 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Permintaan minyak global diperkirakan akan turun dengan rekor 9,3 juta barel per hari (bph) secarar tahun ke tahun pada 2020, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporannya yang baru dirilis.
“Dampak dari tindakan penguncian di 187 negara dan wilayah telah membuat mobilitas hampir terhenti,” kata IEA, menambahkan permintaan pada April diperkirakan 29 juta barel per hari lebih rendah dari tahun lalu, turun ke level terakhir terlihat pada 1995.
Para ahli memperingatkan potensi pasokan minyak mentah global meskipun ada penurunan produksi bersejarah OPEC+. Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Minggu (12/4/2020) untuk mengurangi produksi sebesar 9,7 juta barel per hari untuk Mei dan Juni setelah empat hari pembicaraan.
“Tidak ada perjanjian layak yang dapat memotong pasokan dengan cukup untuk mengimbangi penurunan permintaan jangka pendek seperti itu,” kata IEA dalam laporan bulanannya.
Harga minyak juga merosot setelah AS melaporkan persediaan mingguan terbesarnya dalam catatan. Stok minyak mentah di AS, negara penghasil minyak mentah terbesar, melonjak 19 juta barel pekan lalu, sementara pabrik penyulingan memangkas penggunaan kapasitas ke level terendah sejak 2008 karena anjloknya permintaan yang disebabkan oleh upaya untuk mengekang penyebaran virus baru, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan.
Ant/Muha