PURWOREJO (SUARABARU.ID)-Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga (Dsdikpora) Kabupaten Purworejo memperpanjang belajar di rumah hingga tanggal 29 Mei 2020. Hari ini (15/4) pelaksanaannya dievaluasi oleh Komisi IV DPRD Kabupaten Purworejo melalui monitoring secara daring.
Rapat dengar pendapat (RDP) dipimpin oleh Ketua Komisi IV, Rani Summadyaningrum dari Fraksi Partai Golkar. Dalam ketetangannya, Nonik panggilan akrabnya mengatakan bahwa, ada beberapa persoalan yang terjadi selama masa belajar di rumah yang mereka dapatkan saat kunjungan ke desa-desa.
“Untuk murid-murid SD banyak yang terkendala sinyal sehingga wali murid harus datang ke sekolah untuk mengambil tugas anak-anak mereka. Kalau untuk murid SMP belum ada masalah,” jelas Nonik.
Kesulitan sinyal terutama di beberapa desa yang masuk wilayah Kecamatan Kemiri, Bruno dan Grabag. Meskipun untuk siswa SMP tidak ada kendala, namun orang tua banyak mengeluh karena kebutuhan untuk membeli kuota meningkat. Padahal seperti diketahui, akibat wabah global ini, banyak yang penghasilannya menurun bahkan tidak memiliki penghasilan.
“Dari Komisi IV merekomendasikan ada regulasi secepatnya agar dana BOS bisa dipergunakan untuk membeli kuota internet. Pada masing-masing desa memang ada wifi di balai desa, tetapi pemakaiannya juga dibatasi,” kata Nonik.
Tingkat kejenuhan anak juga menjadi konsen bagi Komisi IV. “Anak-anak pasti merasa ereka kangen belajar dengan teman-teman dan gurunya. Apakah bisa pembelajaran di sekolah diatur jadwalnya, seumpama sekelas 10 orang dengan jarak 1-2 meter. Belajar cukup 2 jam bergiliran,” harap Nonik.
Sementara itu, Kepala Disdikpora, Sukmo Widi Harwanto menjelaskan bahwa, di media sosial, Menteri Pendidikan Nadiem Makarim memperbolehkan dana BOS untuk membeli kuota internet. “Kami tinggal menunggu surat resmi dari pusat,” jelas Sukmo usai rapat dengar pendapat (RDP) daring.
Untuk mengatasi kejenuhan siswa, jelas Sukmo, masing-masing SMP telah berinovasi agar pembelajaran di rumah menyenangkan dan tidak terlalu memberatkan.
Menjawab pertanyaan terkait solusi bagi daerah yang kesulitan sinyal dan yang tidak memiliki gadget, Sukmo menerangkan, karena semua serba darurat, ada siswa yang bergabung dengan temannya. Ada pula yang melalui SMS tugas-tugasnya.
“Jika memang terpaksa, guru bisa jemput bola ke rumah siswa mengantar tugas,” lanjut Sukmo.
Taletha