MAGELANG(SUARABARU.ID)- Pembangunan Kota Magelang hingga menginjak usia 1.114 tahun pada 11 April 2020, tidak bisa dilepaskan dari partisipasi warganya. Baik perorangan maupun yang tergabung dalam berbagai komunitas.
Salah satu komunitas yang sangat menonjol kiprah ikut membangun ‘Kota Sejuta Bunga’ adalah Komunitas Kota Toea Magelang (KTM). Melalui berbagai kegiatan berbasis penggalian sejarah dan pelestarian cagar budaya, kelompok masyarakat ini turut andil dalam membangun kotanya.
‘’Kota Magelang ini kota yang menarik dari bangunan fisik hingga nilai sejarahnya. Kegiatan kami berkutat pada itu. Harapannya, memunculkan rasa cinta pada kotanya. Dari rasa cinta itu, maka akan peduli baik dalam pelestarian maupun pembangunan,’’ kata Koordinator KTM, Bagus Priyana.
Untuk mengajak warga Kota Magelang mencintai kotanya, Bagus aktif mengadakan kegiatan jelajah mengunjungi berbagai bangunan sejarah, sekaligus memberi edukasi kepada masyarakat.
Pesertanya tidak khusus warga Kota Magelang, boleh siapa saja yang mencintai sejarah.
‘’Kami selalu edukasi melalui media sosial, yang anggotanya tidak hanya orang yang lahir dan domisili di kota saja, tapi juga luar daerah. Dari edukasi ini muncul pemahaman akan sejarah kotanya dan timbul rasa memiliki. Kalau sudah begitu, maka akan muncul rasa peduli,’’ ujarnya.
Menurutnya, apa yang dilakukan komunitas yang dipimpinnya itu secara langsung atau tidak langsung membantu pemerintah. Misalnya, komunitas ini pernah turut andil dalam penerbitan Perda Cagar Budaya di Kota Magelang yang mengacu pada Undang-undang Cagar Budaya.
‘’Pemkot juga cukup sering mengundang kami di kegiatan FGD (focus group discussion) dan pembuatan master plan pembangunan kota. Di forum ini kami memberi masukan. Beberapa masukan kami yang diterima, seperti pengembangan kawasan budaya Mantyasih, pembuatan joging track di Kali Kota, dan pengembangan kawasan Gunung Tidar,’’ terangnya.
Wali Kota Magelang, Sigit Widyonindito menegaskan, salah satu partisipasi masyarakat dalam pembangunan terlihat dari capaian target Pajak Bumi dan Bangunan yang setiap tahun mencapai di atas 100 persen.
Selain itu, pada tahun 2020 sudah dibentuk Forum CSR (Corporate Social Responsibility) yang merupakan forum para pengusaha sebagai mitra kerja pemerintah daerah dalam pembangunan.
Forum CSR juga sangat berperan dalam penggalangan dana di luar APBD, yang secara langsung dapat digunakan untuk membantu pemerintah dan masyarakat.
Kontribusinya, lanjut Sigit, sudah jelas, seperti membantu penanggulangan pandemi Covid-19 melalui pengadaan beberapa sarana di fasilitas publik. Di antaranya bilik penyemprotan disinfektan pada beberapa pasar dan ruang publik lain.
‘’Tahun lalu (2019), terbentuk APSAI (Asosiasi Pengusaha Sahabat Anak), yang juga bersama-sama pemerintah memberikan kepedulian dalam pembangunan Kota Layak Anak. Saya pikir ini adalah peran besar dari masyarakat dalam membangun kota kita tercinta ini,’’ ungkapnya.
Dia menambahkan, sejauh ini pihaknya selalu mengajak masyarakat untuk merumuskan kebijakan yang akan diterapkan. Caranya melalui Forum Konsultasi Publik dan Musrenbang dari tingkat kelurahan, kecamatan, hingga kota.
‘’Masyarakat juga banyak yang memberikan saran, kritikan, dan koreksi terhadap pelaksanaan pembangunan melalui media sosial. Semuanya dianalisis, kemudian menjadi bahan untuk penyempurnaan pembangunan tahun mendatang,’’ tegasnya. (Pro Kota Magelang)
Editor : Doddy Ardjono