blank
Semburan awan panas erupsi Gunung Merapi, membentuk wajah tokoh wayang Semar. Kemunculan fenomena aneh di langit ini, menjadi viral di medsos dan mengundang banyak tafsir.

WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Awan panas erupsi Gunung Merapi yang terjadi beberapa hari lalu, memunculkan bentuk wajah Semar di langit. Fenomena alam di angkasa raya yang dinilai aneh dan langka ini, belakangan menjadi viral dan banyak mengundang tafsir dari berbagai kalangan.

Masyarakat pengguna media sosial (Medsos), saling mempertanyakan itu sebagai pertanda apa ? Ada yang mengkait-kaitkannya dengan wabah virus corona yang belakangan ini menjadi pandemi. Apakah pertanda baik bahwa wabah corona virus yang menciptakan pagebluk belakangan ini akan segera berakhir ?

Itu yang kini banyak diunggah di jejaring medsos melalui whatsApp (WA), twitter maupun facebook (FB). Giyatno Yatno, mengunggah di akun FB-nya dengan menyebutkan pabebluk segera berakhir. Menurut kepercayaan orang Jawa-mataram, tulisnya, jika gunung merapi menyemburkan awan panas menyerupai wajah tokoh wayang Semar, itu menandakan bencana (pagebluk) yang melanda Nusantara akan segera berakhir.

blank
Foto wajah Semar yang disandingkan dengan bentukan awan panas erupsi Gunung Meradi, beredar meluas di jejaring sosial medsos. Apakah ini gambar asli atau editan memang masih perlu dipertanyakan.

Keseimbangan Kosmis
Dalam kepercayaan keseimbangan kosmis Jawa, selesainya pagebluk biasanya ditandai meletusnya gunung merapi, ini menandakan selesainya perjalanan gaib para pasukan dari Pantai Selatan (Laut Kidul) sudah sampai ke Merapi, untuk melapor pada Eyang Sapu Jagad.

Perjalanan mistis ini, dalam sejarah ingatan orang Jawa-Mataraman di masa lalu, biasanya ditandai banyak bermunculan hantu kromoleo (pengiring jenazah) di desa-desa dan sudut kota, lampor (keranda terbang) dengan suara gemerincing mirip suara kereta kuda, juga dengungan pasukan tak kasat mata yang diiringi nada gamelan sangat perlahan sayup sayup, di tengah keheningan malam yang mencekam.

Setelah merapi meletus dan pagebluk selesai, biasanya warga menghidangkan jenang merah putih setelah sebelumnya masak sayur lodeh kluwih sebagai tanda kekuatan batin untuk menghadapi pagebluk.

Pertanda Alam
Menurut Giyatno Yatno, di dunia ini tidak semuanya harus Madilog (Materialisme, Dialektika dan Logika), dalam membaca pertanda alam. Tapi ada frekuensi spiritualnya. Dan letusan gunung merapi itu, juga yang akan mendorong terbongkarnya kejahatan kejahatan di balik datangnya pagebluk.

Budayawan Jawa, Kanjeng Raden Arya (KRA) Drs Pranoto Adiningrat MM, menyatakan, hanya orang mursid yang pinilih (dipilih) Tuhan saja yang mampu membaca tanda-tanda alam. ”Kalau sekarang ada yang memaknai kemunculan Semar yang terbentuk dari awan panas erupsi Gunung Merapi, sebagai pertanda akan segera berakhirnya pagebluk, itu boleh-boleh saja, karena itu merupakan local wisdom atau kearifan lokal,” jelasnya.

Pranoto, abdi dalem Keraton Surakarta penerima anugerah bintang budaya ini, menyatakan, Gunung Merapi memiliki arti penting dalam kehidupan spiritual segitiga gaib bagi Keraton Kasultanan Yogyakarta, disamping tempat mistis Laut Kidul dan Hutan di Kahyangan, Dlepih, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Yakni tempat diyakini sebagai petilasan pertapaan Panembahan Senapati, pendiri dinasti Mataram Yogykarta, ketika menerima wahyu.

Harga Candrageni
Dalam Serat  Pustaka  Raja  Purwa karya Raden Ngabehi (RNg) Ranggawarsita, menyebutkan, nama asli Merapi adalah Harga Candrageni. Yang merubahnya menjadi Merapi adalah Prabu Ajipamasa atau Prabu Kusumawicitra. Prabu Kusumawicitra ketika masih beristana di Mamenang, menguasai seluruh Pulau Jawa dengan bergelar Prabu Ajipamasa.

Gunung merapi menjadi tempat diterimanya pemujaan dan pusat spiritual Batara Laksmana, Batara Satyawaka, Batara Srita atau Batara Panyarikan, yang mengejawantah menuju Kayuwan, menghadap Resi Setmata yang merupakan penjelmaan Dewa Wisnu.

Lantas siapakah Semar itu ? Dia adalah tokoh Panakawan utama di dunia pewayangan aseli Indonesia, yang tidak ada dalam Kitab Mahabarata. Semar merupakan tokoh dewa Betara Hyang Ismaya yang ngejawantah (mengubah menjadi manusia), dan menjadi pamomong (pengasuh) para ksatria yang memiliki laku (perbuatan) utama.

Dalam filosofi Kejawen, Semar menjadi lambang kebenaran yang hakiki, menjadi simbol jaminan kemenangan dan keselamatan. Dalam lakon wayang Semar Gugat, diceritakan Semar pergi ke Pertapaan Saptarengga, yang dampaknya menjadikan Kerajaan Amarta mendadak dilanda pagebluk.

Bambang Pur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini