Oleh: Samsul Munir Amin
Mengemukakan pendapat, sebenarnya merupakan suatu yang baik, manakala mengemukakan pendapat disampaikan secara sopan dan santun. Perlu diketahui bahwa menyuruh anak untuk mengemukakan pendapat, bukanlah berarti orang tua mengijinkan anak untuk bicara dengan tidak sopan. Berpendat adalah suatu keharusan bagi anak, dan ini merupakan suatu tindakan yang logis agar merangsang anak mampu mengemukakan pendapatnya dengan baik dan benar.
Anak dalam mengemukakan pendapat, ini berkaitan dengan apa yang orang tua ajarkan sejak usia anak 0 tahun. Bagaimanakah orang tua berbicara dengan keluarga, bagaimana orang tua berbicara dengan anak-anak, bagaimana orang tua berbicara dengan pembantu, dengan tetangga, dan bagaimana orang tua berbicara dengan orang lain. Sebenarnya sikap-sikap yang dilakukan oleh orang tua itulah yang dicontoh oleh anak dalam bentindak, demikian pula anak akan mencontoh perilaku orang tua dalam mengemukakan pendapatnya.
Maka sebelum mengajari anak untuk mengemukakan pendapat secara baik, sopan, tegas, terlebih dahulu orang tua itulah yang harus memberikan contoh dalam berbicara dan mengemukakan pendapat, orang tua harus memperlihatkan sikap-sikap berbicara yang sopan dan santun, tegas, dan mau menghargai pendapat orang lain.
Orang tua jika memberikan contoh yang baik, akan ditiru oleh anak-anak. Karena itu, orang tua hendaknya membiasakan dengan memberi salam kepada siapapun ketika mulai masuk rumah.
Dalam hal ini, mengajari anak bertutur santun dalam mengemukakan pendapat, memang tidak mudah. Lebih mudah berlaku cuek, dan membiarkan anak-anak berkembang sendiri semaunya. Akan tetapi orang tua harus berfikir, bahwa apa jadinya masa depan anak, jika anak tidak terbiasa bertutur kata secara santun?
Bagaimana anak berbicara dengan gurunya di sekolah, berbicara pada temannya, dan bila tiba saatnya nanti berbicara pada atasannya? Jika tidak bisa berbicara dan tidak bisa mengemukakan pendapat secara santun, bagaimana kelak anak akan berinteraksi dengan orang lain ketika dia mendapat kepercayaan?
Berkomunikasi dengan orang lain secara baik dibutuhkan cara-cara berbicara dengan baik dan santun, agar anak memiliki kepribadian menarik dan disukai orang lain.
Mendidik Anak, Lahir dan Batin
Anak yang terbiasa diajari dengan tutur kata yang baik dan sopan, dia akan terbiasa berbicara baik dan sopan. Anak yang tidak terbiasa diajari berbicara dengan santun, dia akan berbicara dengan tidak santun pula.
Anak akan meniru apa yang dia amati dan dia peroleh dari keseharian yang dia amati. Karena anak akan belajar dari peristiwa keseharian yang dia amati dalam berinteraksi dengan orang lain.
Maka adalah kewajiban kedua orang tua untuk berbicara dengan anak secara simpatik dan santun, agar anak meniru sikap dan perilaku orang ruanya.
Pilihan kata-kata yang digunakan oleh anak, merupakan pengaruh dari lingkungan sekitarnya. Yang pertama selain orang tua dan keluarga di rumah, juga pembantu (kalau ada), kemudian nenek, kakek, om, tante, sepupu, tamu yang berkunjung, juga lingkungan teman-teman baik di rumah maupun di sekolah yang biasa berkomunikasi dengan anak.
Selain itu, kadang-kadang anak-anak juga akan meniru apa yang dia lihat di televisi, atau radio. (Samsul Munir Amin, Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami: 2010)
Jika anak berbicara sudah kasar, atau tidak santun lagi, maka anak pun dalam mengemukakan pendapat akan tidak santun lagi. Biasanya berbicara tidak sopan dan santun itu deitunjukkan dengan bicara dengan nada tinggi, dan pilihan kata-katanya tidak mengenakkan. Ini akan menimbulkan reaksi khusus dari orang yang diajak berbicara.
Tahukan Anda bahwa hal ini menjadi sesuatu yang menarik bagi anak, sehingga justru anak suka mengulang-ulang kata-kata yang kotor?
Ada beberapa kiat yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengajari anak bicara secara santun, dan mengajari mereka mengemukakan pendapat dengan santun pula. Kiat-kiat itu antara lain:
Beri pengertian budi pekerti, tentu saja. Kenapa kita harus berbicara sopan, kepada siapa kita berbicara, pilihan bahasa yang seperti apa untuk orang-orang tertentu, pembicaraan seperti apa yang boleh kita gunakan, dan sebagainya.
Dampingi saat menonton televisi. Jelaskan bila ada pembicaraan di acara tersebut yang tidak sesuai dengan norma yang kita terapkan di rumah.
Usahakan pilih lingkungan yang juga aman dari kata-kata kotor atau jorok. Jangan pernah bosan mengingatkan dan memperbaiki bahasa yang digunakan anak. Ingat, jangan dengan marah, karena anak bisa takut dan justru mencuri-curi menggunakaknnya ketika tidak diawasi.
Yang paling penting, jadilah contoh yang baik. Gunakan kata-kata dan bahasa yang baik dengan siapapun kita berbicara. Jangan sampai kita menasihati anak hingga mulut berbusa, tetapi kita sendiri bicara dengan tidak sopan.
Dorong anak agar berani untuk menyampaikan pendapatnya sendiri. Dan sebelum dia selesai menyampaikan pendapatnya, jangan dipotong pembicaraannya di tengah-tengah. Dengarkan pendapatnya, walaupun mungkin pendapatnya salah atau keliru, tetapi berilah semangat dan pujian dengan pendapatnya tersebut.
Pendapat Anak Perlu Dihargai.
Pada dasarnya manusia cenderung senang apabila mendapat pujian, apalagi anak-anak. Pujian demikian pemberian hadiah, akan membuat mereka bangga. Pujian dapat mengembangkan harga diri yang lebih besar pada anak-anak. Namun orang tua perlu memikirkan agar pujian ataupun hadiah itu bisa turut membantu membangun suatu hubungan yang positif dengan anak.
Memuji anak-anak berarti menghargai kesanggupan dan prestasi mereka. Pujian dapat menjadi tanda bahwa orang tua menilai dan menghargai perbuatan atau usaha mereka. Anak-anak akan merasakan bahwa orang tua sungguh-sungguh memperhatikan mereka.
Menurut Schaefer, pujian merupakan umpan balik yang lebih obyektif yang mensahkan dan lebih mengembangkan harga atau nilai dari tindakan-tindakan seorang anak. Kata-kata pujian sangat perlu untuk menghangatkan seorang anak.
Ahli pendidikan lainnya, John Dewey, berpendapat dorongan yang paling kuat dalam diri manusia adalah keinginan untuk dianggap penting. Pujian akan memberikan kepada anak-anak perasaan berharga, perasaan mampu dan percaya terhadap diri sendiri.
Dalam hal ini, berani megemukakan pendapat bagi anak tidaklah mudah. Masing-masing anak berbeda karakternya. Ada beberapa anak yang pada dasarnya sudah berani sejak kecilnya.
Tetapi banyak pula anak yang takut berpendapat. Biasanya anak seperti ini adalah anak yang dikekang di rumahnya. Dikekang belum tentu tidak boleh keluar rumah, tetapi dikekang disini adalah dibatasi tindaklan dan bicaranya.
Setiap kata yang diucapkannya, selalu diremehkan dan disalahkan oleh orang tuanya. Tindaan demikian akan menjadikan anak tidak percaya diri dan rendah hati dalam menyampaikan pendapatnya, sehingga sikap demikian akan terbawa oleh sikapnya. (Maria Etty, Menyiapkan Masa Depan Anak, 1997)
Karena itu, biarkan anak bebas mengemukakan pendapatnya. Kalaupun pendapatnya nampak aneh bagi Anda, pendapat anak tersebut jangan dilecehkan. Hargailah, dan pelan-pelan luruskan pendapatnya itu. Ajari anak tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan dan nada bicara tinggi serta nada bicara keras.
Justru di sini orang tua bisa menilai seberapa jauh anak menguasai permasalahan, dan apakah dia mampu mencerna serta mengkaji permasalahan tersebut dengan baik. Biarkan dia menyampaikan pendapatnya sesuai dengan daya piker dan daya nalarnya. Jangan tertawakan atau dilecehkan pendapatnya itu.
Rasulullah Saw. mengingatkan akan perlunya menghargai apa yang telah dilakukan anak. Pemberian pujian dapat memberikan dampak positif terhadap jiwa anak, dimana jiwa anak akan tergerak untuk menyambut panggilan dan melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya.
Diriwayatkan Rasulullah pernah memuji kepada Abdullah. Rasulullah Saw. bersabda “Sebaik-baik orang adalah Abdullah.” Beliau mengingatkannya sesuatu yang ia lengah darinya dengan gaya yang unik untuk menyentuh hati hati. “Andaikan ia mau mengerjakan shalat malam.”
Orang tua hendaknya merangsang anak untuk menyampaikan pendapatnya itu, bahkan katakana pada anak untuk tidak takut salah dalam menyampaikan pendapat. Dan bahwa Anda selalu siap untuk mendengarkan dan membenarkannya. Ketahuilah bahwa tidak ada orang yang bersedia berteman dengan seseorang yang tidak bisa berbicara sopan.
Tidak ada seorang direktur pun yang bersedia memiliki pegawai yang kasar bicaranya. Walaupun seseorang tinggi nilai akademiknya, atau dia cantik parasnya, atau juga ganteng wajahnya, akan tetapi jika bicaranya tidak sopan dan tidak santun, maka dia tidak akan mendapat simpatik dari teman-temannya. Karena itu, ajarilah anak Anda untuk berbicara sopan dan ajari anak untuk mengemukakan pendapat dengan baik. ***