blank
PELANTIKAN DAN PENGUKUHAN: Ketua BPD GINSI Jateng Budiatmoko menerima pataka dari BPP GINSI saat pelantikan dan pengukuhan di Wisma Perdamaian Semarang. (dok)

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Importasi di Jateng mengalami penurunan 30 persen mulai minggu ketiga Februari hingga sekarang. Hal itu tak lepas dari dampak wabah virus korona (covid-19). Sekitar 46 persen impor Jateng berasal dari Tiongkok yang didominasi consumer goods, bahan baku industri, garmen, teksil, dan elektronik.

Pemerintah diminta segera membuat kebijakan untuk mengatasi kondisi ini. ”Semisal dengan melakukan perubahan tata niaga impor dan mengalihkan impor dari India. Memang butuh waktu untuk melakukan ini. Kami hanya bisa menunggu langkah pemerintah untuk importasi ini. Perlambatan ini dikhawatirkan berimbas pada industri di Jateng,” ujar Ketua Badan Pengurus Daerah (BPD) Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jateng Budiatmoko selepas pelantikan dan pengukuhan pengurus di Wisma Perdamaian Semarang, Rabu (12/3) malam.

Sebab, lanjut dia, bahan baku industri di Jateng sebagian besar didatangkan dari Negeri Tirai Bambu. Padahal, kata pria yang akrab disapa Kokok itu, bahan baku tersebut diolah dan diekspor. Karena aktivitas di Tiongkok saat ini dihentikan, dan itu sangat berdampak pada impor di Jateng.

”Wabah korona juga berimbas pada administrasi perdagangan di Tiongkok, karena semua aktivitas perdagangan dihentikan. Ada usulan mencari bahan baku dari India. Namun, ini juga butuh waktu dan payung hukum,” tutur Kokok.

Pelantikan dihadiri Pj Sekda Jateng Heru Setiadi, Ketua BPP GINSI Subandi, dan jajaran BPD GINSI Jateng. Ketua BPP GINSI Subandi mengatakan, secara nasional importasi mengalami penurunan 50 persen. Dampak korona memang sangat besar pada importasi nasional. (rr)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini