blank
Ilustrasi - Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Bringin Kota Semarang, Rabu (28/9). Foto: BPBD Jawa Tengah

SEMARANG (SUARABARU.ID) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang memasang kamera tersembunyi atau CCTV di lima titik yang rawan bencana banjir, sebagai salah satu alat pendukung pada sistem peringatan dini bencana.

“Kami pasang CCTV dan skala debit air di Sungai Babon Genuk, Sungai Pengkol Meteseh, Wates , Wonosari, dan Mangkang Wetan, agar kami bisa mengawasi secara langsung perkembangan di tiap daerah,” kata Sekretaris BPBD Kota Semarang Winarsono di Semarang, Jawa Tengah, Kamis.

Ia menyebut ada sepuluh daerah di Kota Semarang yang rawan banjir yaitu Semarang Utara, Semarang Barat, Semarang Timur, Tugu, Candisari, Gunungpati, Gayamsari, Pedurungan, Tembalang, dan Genuk.

“Berdasarkan data BPBD, sudah ada 11 bencana banjir yang terjadi di Kota Semarang pada periode Januari-Februari 2020,” ujarnya.

Ia menjelaskan sebagai upaya mengurangi risiko bencana banjir, BPBD Kota Semarang juga memberikan edukasi langsung kepada masyarakat tidak hanya dilakukan di tingkat kelurahan, tapi juga melaksanakan Program Sekolah Siaga Bencana (SSB) yang pesertanya berasal dari perwakilan pelajar SMA.

“Untuk meningkatkan sumber daya kami dan edukasi ke masyarakat, kami menggelar latihan evakuasi setiap Minggu di Sungai Banjir Kanal Barat secara gratis, mulai pukul 06.00-09.00 WIB, dengan narasumber dari Badan SAR Nasional,” katanya.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Semarang Agus Rudianto menambahkan pihaknya mengajak masyarakat untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap lingkungan masing-masing.

“Saluran dibuat sesuai dengan kapasitasnya, tidak membuang sampah di saluran agar tidak menghambat air yang mengalir saat banjir, sedimen dikurangi dengan dibuang di karung yang akan dibantu oleh pemerintah untuk mengambilnya,” ujarnya.

BPBD Kota Semarang juga melakukan sosialisasi di kelurahan yang dikemas dalam bentuk sarasehan untuk menambah edukasi bagaimana saat banjir atau lokasi evakuasi saat terjadi banjir.

“Jadi ketika terjadi banjir, masyarakat langsung membawa tas yang didalamnya berisi dokumen-dokumen penting, dan mengunci rumah, serta langsung menyelamatkan diri,” katanya.

Ant-Wahyu