WONOGIRI (SUARABARU.ID) – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Rabu (19/2), memimpin gerakan massal penanaman penghijauan di dekat Ebung Doho, Desa Doho, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri. Gerakan ini untuk langkah percepatan menekan luasan lahan kritis di Jawa Tengah, melalui semangat kebersamaan dengan tindakan yang luar biasa.
”Kita harus bergerak bersama. Pemerintah saja tidak cukup. Ayo dibangun kesadarannya, kita gerakkan terus tanam pohon. Ini bagian dari greget serentak untuk bisa menanam, sehingga nanti manfaatnya untuk anak cucu,” tegas Gubernur. Ditambahkan, setelah menanam harus benar-benar dijaga keberlangsungannya. Minimal dengan tidak memotong, itu sesuatu yang sangat bagus. Tidak memotong dan memperbanyak menanam, maka kelestarian alam akan terjaga.
Upaya mengatasi lahan kritis di Jateng, tahun ini setidaknya dibutuhkan sebanyak 11 ribu batang bibit penghijauan untuk segera ditanam. Itu diperlukan untuk target konservasi dan reboisasi di lahan kritis Tahun 2020 seluas 22 ribu hektar. Gubernur memberikan rekomendasi pada lima jenis tanaman yang memiliki kemanfaatan tinggi. Yakni pohon Beringin, Trembesi dan Gayam, sebagai tanaman yang mampu mengikat air, sehingga akan terjaga kelestarian sumber mata air.
Akar Wangi
Kemudian Vetiver (Akar Wangi) dan Bambu, yang mampu menahan erosi karena akarnya yang kuat mengikat tanah. Tanaman Vetiver umur tiga tahun, akarnya sudah mampu menancap ke tanah sedalam tiga meter. ”Selain mampu menahan laju erosi, vetiver dan bambu punya nilai ekonomis tinggi,” ujarnya.
Data Kementerian LHK Tahun 2019, menunjukkan, luas lahan kritis di Jawa Tengah mencapai 374 ribu Hektare (Ha). Sebarannya antara lain berada di Kabupaten Brebes seluas 7.606 Ha, Pekalongan 7.297 Ha, Pati 6.000 Ha, Pemalang 9.970 Ha, Wonogiri 19 ribu Ha dan Banjarnegara 8.000 Ha.
Terkait dengan kegiatan penanaman pohon serentak, dimaksudkan sebagai rangkaian menyongsong Peringatan Hari Air Sedunia Tingkat Jawa Tengah, yang acara puncaknya akan dilangsungkan pada Tanggal 22 Maret 2020 mendatang. Penanaman yang berlokasi di sekitar Embung Doho, Desa Doho, Kecamatan Girimarto, Kabupaten Wonogiri, berjumlah 960 batang, ditambah yang ditanam masyarakat Desa Doho sebanyak 1.000 batang.
Waduk Gajahmungkur
Pemilihan lokasi di Desa Doho didasari beberapa hal, diantaranya karena berada di kawasan tangkapan air Daerah Aliran Sungai (DAS) Keduang, yang menjadi penyumbang tertinggi sedimentasi di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri. Sendimentasi Waduk Gajah Mungkur, sudah parah, maka diperbaiki di bagian hulunya dengan cara penanaman pohon, agar erosi dan sendimentasinya bisa dicegah, dan mata air tidak rusak. Karena apabila pohon terawat, maka mata air di bawahnya dalam radius 3 KM akan terjaga kelestariannya.
Dengan adanya penambahan tanaman tegakan dari gerakan massal peghijauan ini, akan mampu mengurangi limpasan air hujan yang mengakibatkan erosi tanah sebagai penyebab sendimentasi di Waduk Gajah Mungkur. Juga untuk menjaga bangunan konservasi air Embung Doho, yang mempunyai luas 1,5 Ha, yang digunakan untuk mengairi sawah pada musim kemarau.
Pada kesempatan tersebut, Gubermur melakukan dialog dengan dengan warga masyarakat dan pelajar yang ikut berpatisipasi dalam penanaman pohon. Juga memberikan hadiah sepeda angin kepada warga masyarakat. Untuk selanjutnya, agenda penanaman massal penghijauan di Desa Doho, dipimpin Kapolres Wonogiri AKBP Christian Tobing SIK, MH, MSI, Dandim 0728 Wonogiri Letkol (Inf) Imron Masyhadi SE beserta jajaran Forkompinda Wonogiri, dan Kasatpol PP Waluyo SSos MM.
Turut hadir dalam gerakan massal penghijauan di Embung Doho ini, Kepala Dinas lingkungan Hidup dan Kehutanan Propinsi Jateng Ammy Rita Manalu, S Hut, MSi, sejumlah Anggota DPRD, Plt Sekda Wonogiri, Drs Teguh Setiyono MM beserta para pimpinan dinas dan isntansi terkait, Camat Girimarto, Rujito, S.Sos, pamong desa, tokoh pemuda dan masyarakat.
Bambang Pur