blank
Beberapa warga Wonosobo mengenakan Iket Saba dalam aktifitas sehari-hari. Iket Saba menjadi ikon baru cideramata Wonosobo. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO(SUARABARU.IFD)-Wonosobo dikenal sebagai Negeri Saba. Predikat tersebut membuat energi kreatif Resta Efendi (33), muncul. Warga Pencil Medono Kaliwiro itupun kini memproduksi ikat kepala bernama “Iket Saba”.

Menurut Fendi Wonosobo sangat kaya akan potensi pariwisatanya. Dieng menjadi salah satu destinasi favorit wisatawan, baik lokal, domestik mau pun mancanegara. Dia pun menciptakan kreasi Iket Saba untuk di jual di tempat wisata.

Seiring angka kunjungan yang terus meningkat hingga sebanyak 1.500.000 kunjungan di tahun 2020 mendatang, mendorong pegiat wisata mau pun pegiat kreatif, termasuk Fendi, terus menciptakan produk sebagai identitas khas Wonosobo.

Saat ini, imbuh dia, jika wisatawan datang ke Wonosobo, paling pulang dengan membawa produk makanan mau pun minuman khas Wonosobo. Untuk produk souvernir, belum ada yang menjadi identitas resmi yang menunjukkan sebuah ciri khas Wonosobo.

“Padahal, selain kaya akan hasil bumi dan potensi alamnya, Wonosobo juga kaya akan tradisi, kesenian, hasil kebudayaan dan tempat-tempat peninggalan bersejarah,” ujar pelaku ekonomi kreatif Iket berwajah brewok tersebut, Sabtu (8/2).

Berlatar belakang dari persoalan itu, ia bersama sejumlah pegiat kreatif lain seperti Mang Syarif (40), Sasongko Jati (35), Budi Bedeng (50) dan Sukamto (45), merumuskan sebuah produk souvenir yang benar-benar mewakili Kabupaten Wonosobo.

blank
Iket Saba dibuat dengan berbagai vareasi motif. Pemakai bisa memilih Iket Saba dengan motif terbaik sesuai kesenangannya. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Ciri Daerah

Menurutnya, ikat kepala banyak digunakan daerah lain untuk mencirikan daerahnya. Namun, bagi Fendi dan para pegiat kreatif lain, ikat kepala memiliki filosofi mendalam, salah satunya bentuk penghormatan yang harus dijunjung tinggi.

Tak hanya menjadi ikat kepala biasa, filosofi mendalam dituangkan melalui sebuah karya simpel, namun mengandung semangat menjunjung tinggi Ketuhanan, sosial kemasyarakatan, kebudayaan dan potensi khas Wonosobo.

Mereka akhirnya sepakat membuat karya bernama Iket Saba Wonosobo. Terdapat lima filosofi mendalam, yakni tali depan, tali melajur ke atas sebagai simbol kekuatan Tauhid atau Ketuhanan.

Kemudian, kedua kain terikat simbol keduanya mengandung makna Sahadat Tauhid dan Sahadat Rasul. Kemudian terdapat dua gunung, yakni Sindoro-Sumbing sebagai simbol kekuatan yang menjaga Negeri Saba atau Wonosobo.

Kemudian, lanjut dia, terdapat tali pengikat sebagai simbol kebijaksanaan dan persatuan. Untuk filosofi terakhir, terdapat batik khas Wonosobo di kedua sisi yang sama menyimbolkan makna keadilan dan kejujuran.

“Gambar batik yang kami ambil adalah bentuk daun carica dan daun purwaceng. Ini untuk menekankan kembali, bahwa Wonosobo merupakan penghasil dua komoditas tersebut yang tidak dimiliki daerah lain,” beber dia.

Muharno Zarka/mm