JEPARA (SUARABARU.ID) – Jika berbicara tentang siapa sosok yang paling berdedikasi di dunia radio siaran di Jepara, mungkin banyak orang akan menyebut namanya. Karakter vokal yang khas, komunikatif dalam menyapa pendengar serta kreatif dalam mengemas acara dan pesan membuat kehadirannya banyak ditunggu pendengarnya. Juga rekam jejaknya yang sangat panjang selama hampir 33 tahun di dunia yang disebutnya sebagai panggilan jiwa..
Juga tawanya yang senantiasa mampu membangun optimisme dan menghibur pendengarnya. Belum lagi sederetan acara yang dilahirkan dari tangan dinginnya. Sebagai seorang programer, produser dan sekaligus penyiar senior, ia terbukti mampu menjaga rating radio tempatnya mengabdi tetap berada pada posisi papan atas. Kedekatan dengan pendengar diudara ini, membuat nama aslinya nyaris tidak dikenal.
Memang, nama Togar Sugiyarto atau ada yang menyebutnya Bang Togar lebih dikenal di Jepara ketimbang nama aslinya, Puryono, S.Pd. Bahkan nama aslinya nyaris tidak dikenal karena kebesaran namanya sebagai seorang penyiar. Bahkan Bupati Jepara Hendro Martojo kala itu tidak mengetahui bahwa Puryono, S.Pd yang dipromosikan ke Karimunjawa adalah Bang Togar yang dikenalanya dengan baik sebagai seorang peengelola dan penjaga dapur Radio Kartini FM. Akhirnya, pelatikannya dibatalkan walaupun telah diundang mengikuti latihan.
Pria kelahiran Desa Tegalombo, Kecamatan Dukuhseti, Kabupaten Pati, 26 Juli 1966 ini memang konsisten berkarya didunia keradioan sejak tahun 1987 hingga sekarang. Walaupun ia kelahiran Pati, namun 41 tahun hidupnya dijalani di Jepara. Sebab setelah lulus dari SD Dukuhseti, ia melanjutkan sekolah di SMPN 2 Jepara dan kemudian melanjutkan ke SMEA Negeri Jepara.
Ia lulus tahun 1985 dan beruntung pada tahun 1986 diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dan ditugaskan di Dinas Pendidikan, hingga sekarang. Kini Bang Togar mengabdi sebagai Penilik di UPT Dinas P dan K Tahunan. Ditengah kesibukannya ia juga mesih menjadi MC dalam berbagai acara.
Dedikasi kakek dua orang cucu ini di dunia radio memang luar biasa. Ia memegang teguh tanggung jawab yang diberikan baik sebagai seorang penyiar, produser maupun programer. Ia jarang sekali ijin kecuali sedang sakit. Bahkan ketika harus berjalan dengan kreg ketika kakinya sakit, ia tetap mengudara menyapa pendengarnya. Atau ia berada diruang produksi ketika mengerjakan materi siaran dan bahkan iklan.
Apalagi ia juga mengasuh acara Goyang Pamoria atau Pantun Humoria. Acara yang telah mengudara kurang lebih 8 tahun lebih ini berisi kritik sosial dan hiburan. Tidak mudah menjaga acara ini. Sebab dua tokoh yang ada dalam acara ini adalah Bang Togar sendiri. Sebagai penyiar ia berdialog dengan kakek renta bernama mbah Kasmo yang suaranya terdengar sebagai orang yang sangat tua yang memiliki tipikal “slengekan” namun tidak gampang sakit hati.
Kritik sosial yang dikemas dalam acara ini mengalir enak dan mampu menjadi inspirasi pendengarnya dalam menghadapi persoalan sosial sehari-hari. Pesan interaktif yang dikirim pendengar dengan berbalut pantun juga membuat acara ini semakin menarik dan banyak ditunggu penggemarnya. Acara ini disiarkan lima kali dalam satu minggu.
Mewarisi darah seni tradisional dari sang ayah, Bang Togar sepertinya tidak pernah kehabisan ide dalam menjaga marwah seni tradisi dan budaya Jawa lewat gelombang radio. Dari kecintaannya terhadap seni dan radio itulah, stasiun radio berpelat merah ini rutin menghadirkan program kebudayaan daerah, di ruang dengar masyarakat.
Acara yang juga sangat fenomental adalah Othak-athik Mathuk yang menghadirkan alm. Mbah Suwarno. Sayang acara yang berisi perhitungan Jawa ini kemudian harus berhenti, sebab tidak ada yang meneruskan sepeninggal mbah Suwarno.
Juga acara siaran Wayang Kulit, hingga acara Nguri-uri Endahing Budaya Tayub atau acara Ngeyub. Sejak awal program ini hadir, terbukti menjadi acara yang paling ditunggu-tunggu oleh pecinta budaya Jawa. Bahkan acara kentrung yang hadir di radio Katrtini setiap malam 1 Syuro juga karena kesetiaan Bang Togar pada budaya Jawa.
Salah satu program siarnya yang sempat fenomenal adalah “Kedai Musik” pada tahun 90-an. Sebuah acara hiburan dangdut dan kritik atas kondisi sosial politik. Program ini begitu melekat di hati pendengar kala itu, hingga nama Togar Sugiyarto semakin dikenal.
Kendati jarang ada penghargaan bagi insan radio, kakek dua cucu yang juga seorang ASN ini, tercatat pernah menorehkan prestasinya di bidang radio. Di antaranya apresiasi terbaik kategori obrolan dari Radio Republik Indonesia (RRI) Semarang, sekitar tahun 90-an. Terbaru pada 17 Maret 2019 ia berhasil menghantarkan LPPL Radio Kartini FM Jepara menjadi juara I kategori iklan layanan masyarakat (ILM) radio terbaik, dari Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Provinsi Jawa Tengah.
Dedikasi pada radio memang menjadi pilihan dan sekaligus panggilan jiwanya. Itu pula yang kemudian diwariskan kepada semua penyiar Radio Kartini FM. Dapat dikatakan mereka besar karena ketekunan Bang Togar dalam membimbing mereka selaku programer. Bang Togar telah menempatkan dirinya sebagai teladan. Bukan dengan perkataan tetapi dengan perbuatan dan panggilan jiwanya sebagai seorang penyiar yang dijalani dengan sepenuh hati.
Hadi Priyanto