JEPARA (SUARABARU.ID) – Penyakit HIV / AIDS senyatanya bukan berawal dari masalah medis semata, tetapi lebih disebabkan karena adanya kekosongan moral. Karena itu pendekatan budaya lebih efektif untuk mencegah merebaknya penyebaran HIV / AIDS yang terus meningkat di Jepara, ketimbang pendekatan legal formal, seperti pembatasan usia perkawinan dalam undang-undang.
Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Yayasan Kartini Indonesia, Hadi Priyanto saat berbicara di depan anggota PKK dan pemuda Desa Sinanggul, Kecamatan Mlonggo, Jepara. Kegiatan yang berlangsung di Masjid Ahbadul Muhsinin Sinanggul ini berlangsung hari Minggu (25/1-2020 ). Acara juga ditandai dengan pemotongan tumpeng ulang tahun PKK Gawe Rejo oleh Ainun Latif dan juga penyerahan santunan kepada 19 anak yatim.
Acara dengan thema Kearifan Budaya Lokal Menangkal Merebaknya HIV/AIDS tersebut juga menghadirkan dua oranng nara sumber lain yaitu Agus Wijaya dari Kantor DP3AP2KB Jepara dan Sabela Devita, Duta Genre Kabupaten Jepara tahun 2019. Acara tersebut juga dihadiri oleh anggota DPRD Jepara, Latifun dan sejumlah tokoh masyarakat Desa Sinanggul.
Lebih jauh Hadi Priyanto mengungkapkan, ajaran Jawa sangat kaya dengan “pitutur luhur” untuk menangkal penyebaran penyakit yang 90 persen diakibatkan hubungan seks yang menyimpang. Salah satunya adalah “Ojo melik barang kang melok”. “ Melalui ajaran ini kita dipahamkan agar tidak mudah tergiur dengan barang atau keadaan yang nampaknya mewah dan menyenangkan. Tetapi sebenarnya menjerumuskan kita,” ujar Hadi Priyanto.
Diungkapkan juga, jika pada tahun 2018 jumlah kasus baru yang ditemukan di Jepara tertinggi kedua setelah Semarang dengan angka 132 kasus, senyatanya jumlah riilnya lebih banyak. Sebab penyebaran HIV / AIDS ini seperti gunung es, yang nampak hanya puncak gunung. Sedangkan yang berada ditengah dan bawah lebih banyak sama sekali tidak terlihat,” ujar Hadi Priyanto.
Karena merupakan penyakit moral, maka menjadikan keluarga sebagai basis pembentukan moral sangat penting yang harus terus ditingkatkan ketahanannya. Jika keluarga mampu mengelola sumber daya dan persoalannya, akan menjadi salah satu pencegah timbulnya perilaku menyimpang.
Disamping itu menurut Hadi Priyanto perlu penghayatan nilai spiritualitas keagamaan yang lebih nyata bukan hanya serimonial keagamaan. “ Penguatan nilai luhur, kegiatan kreatif dan hormat pada diri sendiri juga akan mendorong setiap pribadi untuk memperlakukan diri sendiri dengan penuh hormat dan bermartabat.
Ulil Abshor