blank
ANGKAT PIALA: Andromeda Sindoro pemilik Sweet Sundae Ice Cream mengangkat piala setelah meraih Best of the Best Challenger Diplomat Success Challenge Ke-10 2019 (DSC|X2019) di Final Day, di De Tjolomadoe, Karanganyar, Minggu (17/11), malam). (suarabaru.id/dok)

KARANGANYAR, SUARABARU.ID – Andromeda Sindoro, pemilik bisnis Sweet Sundae Ice Cream berhasil meraih predikat Best of the Best Challenger Diplomat Success Challenge Ke-10 Tahun 2019 (DSC|X 2019), di De Tjolomadoe, Minggu (17/11), malam.

Sweet Sundae hasil karya pria asal Yogyakarta tersebut berhasil meyakinkan Dewan Komisioner DSC|X dengan menyingkirkan 11 kontestan dalam puncak acara Final Day dalam kompetisi kewirausahaan yang digagas Wismilak Foundation tersebut.

Andromeda mendapat hibah modal usaha sebesar Rp220 juta ditambah penghargaan senilai Rp50 juta. Dengan demikian, finalis yang dimentori Muhammad Aga ini memperoleh dana senilai total Rp 270 juta.

Sweet Sundae memasok produk es krim dan gelato ke hotel, restoran, dan kafe di sejumlah daerah. Produk tersebut diperoleh dengan cara mengolah susu sapi perah berkualitas tinggi dari peternak. Susu tersebut dibeli dengan harga yang baik dibandingkan beberapa produsen susu.

Saat ini, Sweet Sundae memiliki pabrik berkapasitas 10 ton per hari. Adapun tempat distribusi berlokasi di Yogyakarta, Jakarta, Bali, dan Semarang. Sweet Sundae membutuhkan tambahan modal usaha untuk  mengembangkan bisnisnya seiring permintaan pasar, sekaligus membantu peternak susu mendapatkan harga yang baik serta membantu pemerintah agar Indonesia bisa swasembada susu pada 2023.

Mentor Nasional DSC|X Muhammad Aga mengatakan, babak final yang mencakup 12 besar peserta ini sangat kompetitif dari proses awal sampai akhir.

Andromeda Sindoro selaku pemilik dan pengelola Sweet Sundae Ice Cream memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa bisnisnya sangat bagus dan berkesinambungan.

“Andro juga membangun ekosistem di F&B, sehingga dia mendapatkan trust. Dengan adanya tambahan modal usaha, saya yakin dia bisa bersaing dengan kompetitor. Dia layak menerima penghargaan sebagai Best of the Best,” ujar Aga.

Selain Sweet Sundae, para pemenang lainnya adalah Mega Siswindarto (Bronchips) yang memperoleh hibah modal usaha Rp 253 juta, Athalia Mutiara Laksmi (Hear Me) Rp 250 juta, I Gede Dangin (Astrobike) Rp 230 juta, Alfredo Dhilan (Apel Celup) Rp 197 juta, Ricky Chandra (SUNKRISPS) Rp 190 juta, dan Hadid Fathul Alam (OKE Garden) Rp 150 juta. Tujuh pemenang tersebut juga mendapat pendampingan bisnis selama dua tahun.

Sementara itu, lima pemenang lainnya mendapatkan dana hibah masing-masing sebesar Rp 10 juta. Mereka adalah Anugrah Nurrewa (Banopolis), Galih Ruslan (kylafood.com), Anindita Pradana Suteja (Beehive Agriculture), Wendy Pratama (Lingkaran), dan Ksatriya Ananta (Cryptoscope).

Kualitas Tinggi

Pada kesempatan yang sama, Mentor Nasional DSC|X lainnya, Pangeran Siahaan mengemukakan bahwa secara kualitas DSC|X lebih tinggi dibandingkan kompetisi bisnis lainnya. Hal itu tampak pada kesiapan dan kontestannya. Ini menunjukkan bahwa DSC|X punyamagnitude yang bisa menarik anak muda sebagai pelaku bisnis. “Tahun ini sudah ke-10, jadi ada komitmen untuk terus mendidik dan mendanai pelaku bisnis,” jelas dia.

blank
FINALIS DAN MENTOR: Ke-12 finalis Diplomat Success Challenge (DSC|X) 2019 berfoto bersama dengan mentor dalam jumpa pers di De Tjolomadoe, Sabtu (16/11). (suarabaru.id/lbc)

Secara teknis, kompetisi bisnis ini pun terbilang panjang, dari April sampai November 2019. “Final Day-nya 2 hari. Total pesertanya ada 12.500 sampai masuk 12 besar di Final Day. Proses inkubasi menyenangkan,” kata Pangeran Siahaan.

Sementara itu, Ketua Dewan Komisioner DSC|X Surjanto Yasaputera menegaskan bahwa Diplomat Success Challenge berkomitmen terus membangun iklim wirausaha di Indonesia. Pendapat senada juga diungkapkan oleh Helmy Yahya, yang juga Dewan Komisioner DSC|X.

“Mendapat modal usaha memang penting. Tapi jauh lebih penting adalah pendampingan bisnis serta ilmu dari mentor dan komisioner. Pengalaman itu yang luar biasa,” tutur Helmy.

Pendaftaran DSC|X dibuka secara online pada 15 Mei 2019. Dari 12.500 proposal bisnis rintisan yang masuk, kaum milenial begitu mendominasi.

Hal itu tampak dari 80% peserta berasal dari rentang umur 20-35 tahun.Dari seluruh proposal yang masuk kemudian dikelompokkan ke dalam tujuh kategori bisnis, yaitu Agrobisnis, Food & Beverage, Kriya &Fashion, Startup Digital, Teknologi Terapan, Services, dan kategori lain-lain.

Rangkaian kegiatan DSC|X seperti roadshow, regional selection, national selection, dan incubation sessions berlangsung hingga Oktober 2019. Sesi inkubasi melibatkan sejumlah mentor yang sangat kompeten dalam bidang bisnis, yaitu Michael Tampi (Venture Capitalist & Angel Investor), Muhammad Aga (Co-Founder Coffee S.M.I.T.H, Roaster, IBC Champion 2018), Pangeran Siahaan (Founder & CEO Asumsi.co), dan Dr Dina Delyana (Dosen SBM ITB, entrepreneur, musisi).

Adapun para juri sekaligus mentor, yaitu Surjanto Yasaputera dari Wismilak Group, Helmy Yahya yang juga Direktur utama TVRI sekaligus pengusaha sukses, serta Antarina SF Amir yang menjabat sebagai Direktur High Scope Indonesia.

Berbeda dengan kompetisi kewirausahaan lainnya, DSC|X menyediakan peluang dan potensi usaha yang lebih besar dengan membangun jejaring kerja dan kolaborasi yang melibatkan alumni DSC atau disebut juga Diplomat Entrepreneur Network (DEN).

Program yang penyelenggaraannya berkolaborasi dengan Coworking Indonesia sebagai strategic partner ini dihasratkan untuk mencetak prestasi wirausaha. Ini merupakan salah satu aksi nyata Wismilak Foundation untuk memajukan potensi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Selama ini, sektor UMKM berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) dan menyerap tenaga kerja yang signifikan.

Suarabaru.id/LBC