BLORA – Progres pelaksanaan pekerjaan pelebaran jalan nasional Blora-Cepu semakin tampak nyata. Khusus untuk ruas Blora-Cabak, sudah terselesaikan 95 persen, dan target tuntas pada Desember 2019 diyakini akan terealisasi.
“Peningkatan jalan nasional Blora-Cepu sudah 95 persen,” jelas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) kantor Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Satker Pelaksanaan Jalan Nasional Wilayah I Provinsi Jawa Tengah Rembang-Blora-Cepu, Selasa (12/11/2019).
Namun untuk peningkatan jalan nasional ruas Blora-Mantingan-Rembang, baru terealisasi 70 persen, lantaran terkendala produk aspal hotmix yang tidak terpenuhi 600 ton per harinya.
“Untuk ruas jalan nasional Blora-Rembang, memang terjadi keterlambatan dampak dari produk aspal hotmix yang tidak terpenuhi,” tambah Ardita Manurung.
Dijelaskan Ardita, pelaksanaan pekerjaan peningkatan (pelebaran) jalan nasional Rembang-Blora (31 kilometer) dan Blora-Cepu (11,20 kilomter) berbeda, sehingga tanggungjawab pelaksanaan juga berbeda.
Jika proyek jalan nasional Blora-Cabak berbiaya Rp 83,790 miliar, untuk Blora-Rembang lebih besar lagi mencapai Rp 136 miliar lebih, jelas PPK jalan nasional Cepu-Blora-Rembang, Ardita.
Menurutnya, jalan nasional Blora-Cabak memang ada tambahan pekerjaan saluran air, disusul pekerjaan perawatan rutin dengan aspal hotmix dari Kota Blora hingga Kota Kecamatan Cepu.
“Tapi kami tetap optimis, pekerjaan jalan nasional Blora-Cabak-Cepu, dan pekerjaan perawatan rutin bisa rampung Desember 2019,” tandas Ardita Manurung melalui sambungan telepon.
Pekerjaan Rumah
Hanya saja, proyek nasional Blora-Cabak masih menyisakan pekerjaan rumah (PR), berupa tiga jembatan sempit yang belum bisa dilaksanakan tahun ini (TA) 2019.
Tiga jembatan tersebut, masing-masing jembatan Kidangan di Kecamatan Jepon, dan dua jembatan di wilayah Kecamata Jiken, dan direncanakan akan ditata pada tahuan anggaran (TA) 2020 nanti.
Ketiganya jembatan kecil (pendek) tersebut, dulunya dibangun menyesuaikan kelas jalan lama lebar sekitar enam meter, sehingga saat ini tampak menjorok di badan jalan, dan menggangu ruas jalan baru.
Selain jembatan, terdapat dua halaman rumah berikut pagar, dan bangunan pos kamling yang menjorok ke jalan nasional tersebut, dengan posisi drainase seolah berada di halaman rumah warga.
Diberitakan sebelumnya, proyek jalan itu dikerjakan kontraktor PT Bangun Makmur Utama (PT BMU) panjang 11,20 kilometer, saat ini konsentrasi menggarap drainase dan finishing.
Sejak Blora-Rembang dan Blora Cepu naik kelas dari jalan provinsi menjadi jalan naional, kini ditata dan dilebarkan dari enam meter menjadi sembilan meter (1,5 meter x 2) kanan-kiri jalan lama.
Proyek itu harus mengorbankan ratusan tegakan pohon turus jalan, sebagian besar sudah usia puluhan tahun, dipotong habis untuk keperluan proyek jalan nasional tersebut.
Pelebaran jalan nasional Blora-Cepu berbiayai Rp 83,790 miliar lebih, sempat tertunda akibat prosedur lelang yang salah, dan harus dilakukan lelang ulang dengan masa kontrak kerja sampai 31 Desember 2019 (multiyears).
Sebelumnya (2017), Kementerian PUPR mengalokasikan anggaran Rp 31,9 miliar untuk proyek preservasi (hotmix), dan pelebaran jalan Blora-Cepu dari buk brosot hingga perempatan Puskesmas Sambong.
Suarabaru.id/Wahono