KENDAL– Dalam menyambut hari kelahiran Nabi Muhamad SAW, tanggal 12 Rabiul awal, Warga Kaliwungu, Kendal, masih melestarikan tradisi tahunan.
“Salah satu dari sekian tradisi yang masih terpelihara dengan baik di masyarakat Kaliwungu, Kendal ini, adalah Weh-wehan. Tradisi ini dilakukan dalam rangka memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad pada bulan Mawlid,” kata Syahril (29), warga kampung Kranggan, Kaliwungu.
Menurut Syahril, tradisi weh- wehan sudah ada di kaliwungu secara turun – temurun sejak zaman kakek buyut.
Tradisi weh-wehan sendiri dilakukan secara berbeda-beda di setiap tempat, baik waktu, serta cara melakukan weh-wehan itu sendiri.
Weh- wehan sendiri berarti suatu perbuatan saling memberikan berbagai macam jajanan kepada tetangga.
Berbeda dari tempat lain, kampung Kranggan melakukan weh-wehan pada waktu sore hari setelah sholat asar, serta menggantungkan berbagai macam jajanan dan sayur antarrumah warga yang nantinya akan diperebutkan setelah maghrib.
Selain itu mereka membawa jajanannya dari rumah ke rumah untuk saling ditukar. Masyarakat tidak melihat jenis atau harga makanan yang disiapkan pemilik rumah, tetapi bagaimana cara menyambutnya.
“Deretan jajan beraneka macam yang saling menggantung di depan rumah warga Kampung Kranggan Krajan Kulon Kaliwungu Kendal ini, disajikan untuk warga kampung,” ujar Syahril.
Menurut Syahril, tradisi saling tukar menukar jajan dan makanan ini sudah menjadi kegiatan rutin warga di Kaliwungu dalam menyambut maulid Nabi Muhammad SAW, Jumat (08/11) sore selepas shalat Asar, namun ada juga setelah Maghrib.
Anak-anak dan orang tua berkeliling kampung sambil membawa jajanan untuk kemudian ditukar dengan jajanan lain milik tetangganya.
Anak-anak nampak senang, pasalnya jajanan yang ada pada tradisi weh-wehan atau ketuwin ini, banyak disukai anak-anak..
“Ini adalah tradisi tahunan dan dilakukan menjelang Mawlid Nabi,” kata Syahril.
Meski terkikis perkembangan jaman makanan yang disajikan dalam tradisi ketuwin ini sudah mulai bergeser ke makanan siap saji, namun warga Kaliwungu lebih memandang tradisi weh-wehan untuk menjalin tali silahturahmi.(suarabaru.id/Agung