KALTENG, SB.ID – Bagaimana rasanya bertemu dengan orang yang sangat disayangi setelah lama berpisah? Tentu bahagia dan penuh haru.
Hal itulah yang dirasakan oleh puluhan warga Jawa Tengah yang bertransmigrasi ke Kabupaten Katingan Provinsi Kalimantan Tengah saat bertemu gubernurnya, Ganjar Pranowo.
Seperti pengobat rindu, kedatangan Ganjar ke lokasi transmigrasi warga Jateng di Kalteng itu langsung disambut bahagia penuh haru.
Ganjar tiba di tempat transmigrasi warga Jateng tepatnya di Permukiman Transmigrasi Hiyang Bana SP 1 Kecamatan Tasik Payawan Kabupaten Katingan, Kalteng, Jumat (8/11).
Didampingi Wakil Bupati Katingan, Sunardi dan Asisten II Pemprov Kalteng, Nurul Edy, kedatangan Ganjar langsung disambut warga dengan sukacita.
Mereka berjajar rapi sambil berebut untuk bisa bersalaman dengan Ganjar. Sambil bersalaman, mereka spontan absen asal daerahnya masing-masing.
“Jepara hadir pak, Banjarnegara, Sragen juga ada pak. Kulo saking Demak pak (saya dari Demak, pak), Grobogan pak hadir juga. Inyong teka Banyumas pak (saya dari Banyumas),” begitu seterusnya warga menyalami Ganjar.
Dengan sabar, Ganjar menyalami dan menyapa mantan warganya itu. Sambil sesekali melontarkan candaan tentang bahasa asli Jawa Tengah.
“Banyumase ngendi, lha wonge dhewek ki. Wis pada mangan durung (Banyumasnya mana, orang sendiri ini. Sudah pada makan apa belum),” tanya Ganjar dengan dialek ngapak Banyumasan dan disambut ger-geran masyarakat.
Suasana gembira penuh canda terjadi dalam pertemuan itu. Ganjar dengan luwes mengajak dialog warga dan bahkan mengajak perwakilan warga asal Jateng bernyanyi dangdut bersama.
Selain itu, Ganjar juga menyempatkan diri untuk memberikan motivasi dan berdialog dengan warga. Warga dengan antusias menyampaikan kisah sukses, suka duka dan keluhan selama menjadi transmigran di Kalteng.
“Seneng banget rasanya dikunjungi pak Ganjar. Ya gimana ya, namanya anak ditengok oleh bapaknya yang sudah lama tidak ketemu, jadi tombo kangen (mengobati rindu),” kata Kuswati,56, transmigran asal Grobogan.
Hal senada disampaikan Sumiah,52, transmigran asal Brebes. Ia yang hanya bisa melihat Ganjar di televisi, mengatakan sangat senang dapat bertemu langsung.
“Kangen banget sama pak Ganjar, biasanya lihat di TV, sekarang bisa bertemu langsung. Semoga membawa berkah,” ucapnya.
Selain menjadi obat kangen, kedatangan Ganjar ke lokasi transmigrasi itu juga dimanfaatkan oleh warga untuk curhat. Berbagai persoalan disampaikan ke Ganjar, mulai listrik, air, jalan hingga permohonan bantuan ternak sapi.
“Memang selalu ada problem, makanya kami datang ke sini untuk mencoba membantu menyelesaikan. Mudah-mudahan jarak tidak menghalangi, bisa menggunakan teknologi,” kata Ganjar.
Ganjar menegaskan jika Jateng selalu memantau semua warganya yang transmigrasi ke daerah lain. Memang di berbagai lokasi pasti ada masalah yang muncul, namun dengan komunikasi dan koordinasi, masalah-masalah itu bisa diselesaikan.
“Makanya kami akan koordinasi dengan pemerintah setempat termasuk Kalteng ini agar masalah-masalah itu selesai. Tidak menutup kemungkinan nantinya menggandeng instansi lain, bisa perguruan tinggi dan swasta untuk menyelesaikannya,” terangnya.
Sebab lanjut Ganjar, persoalan warga transmigran bukan persoalan satu wilayah saja. Misalnya di Kalteng, warga Jateng yang ada tidak hanya menjadi tanggungjawab Kalteng saja atau Jateng, tapi harus bersama-sama sebagai satu bangsa.
“Inilah artinya merawat Indonesia. Maka saya terimakasih kepada pemerintah Kalteng yang telah menerima warga kami dengan baik. Saya optimis, 20 tahun yang akan datang warga Jateng yang ada disini bisa menikmati hasilnya, karena sudah banyak contoh transmigran yang sukses seperti di Sumatera dan Sulawesi,” tutupnya.