blank
Tim penilai GSIB dari Propinsi Jateng tengah melakukan verifikasi terhadap data dan kegiatan yang dilakukan di Desa Penerusan Wadaslintang Wonosobo. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

WONOSOBO-Desa Panerusan Kecamatan Wadaslintang Wonosobo masuk tiga besar menuju terbaik implementasi Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB) Provinsi Jawa Tengah dan harus berkompetisi dengan Kabupaten Rembang dan Kota Semarang dalam waktu yang akan datang.

Bertempat di Balai Desa Panerusan Wadaslintang Tim verifikator Provinsi Jateng melakukan verikasi guna menelusuri berbagai data dan profil yang telah dikirimkan dari dari Desa Penerusan Kecamatan Wadaslintang Wonosobo.

Sebelumnya, secara beruntun mulai 2007-2015 daerah berjuluk Aman, Sehat, Rapi dan Indah (ASRI) ini meraih predikat terbaik dalam event GSIB. Hal ini memunculkan optimisme kuat dari seluruh komponen masyarakat untuk selalu menjadi yang terbaik di tingkat Jateng.

Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berncana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPKBPP dan PA) Wonosobo Junaedi mengatakan keberhasilan ini tidak lepas dari keseriusan semua pihak untuk meraih juara.

“Pemkab Wonosobo senantiasa melaksanakan program peningkatan kualitas hidup, perlindungan anak dan perempuan, khususnya di bidang kesehatan, seperti pencegahan deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara,” katanya, Rabu (6/11).

blank
Salah satu kegiatan implementasi Gerakan Sayang Ibu dan Bayi (GSIB) adalah kegiatan permainan dan PAUD dan TK Desa Penerusan Wadaslintang. (Foto : SuaraBaru.id/Muharno Zarka)

Pembinaan KSIB

Selain itu, imbuhya, juga melakukan pembinaan lokasi Kecamatan Sayang Ibu dan Bayi (KSIB) serta penyusunan dan pembuatan dokumen/instrumen data pendukung program GSIB.
Keberhasilan ini tidak lepas dari penerapan strategi pengarusutamaan gender.

“Proses pelaksanaan program pembangunan di Wonosobo diarahkan agar mampu memberikan akses yang adil bagi perempuan dan laki-laki dalam berpartisipasi, melakukan kontrol dan mendapatkan manfaat pembangunan. Kaum perempuan banyak diberdayakan,” sebutnya.

Menurut Junaedi, pembinaan GSIB di wilayah bertujuan menguatkan komitmen Pemerintah Kecamatan dan Desa dalam pengelolaan program GSIB, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam urusan kesehatan ibu dan anak dan melibatkan tokoh agama dan masyarakat.

Junaedi berharap tahun ini bisa tercapai predikat terbaik lagi. Pihaknya berkomitmen akan terus berupaya, agar hal ini bisa terus dipertahankan dan ditingkatkan, khususnya di bidang kesehatan, terkait angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

“Jika predikat GSIB terbaik bisa diraih kembali, ini merupakan prestasi yang luar biasa. Semua pihak harus mendukung setiap kebijakan pemerintah dalam pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan kesehatan ibu hamil dan menyusui,” pungkasnya.

SuaraBaru.id/Muharno Zarka