Ganjar Ajak Gold Pencil Berdiplomasi dengan Kartun
Komunitas Kartunis Semarang Gold Pencil dan Kelompok Kartunis Kaliwungu (Kokang) beraudiensi dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Puri Gedeh, Selasa (29/10/2019) malam. (doc./hms)

SEMARANG, SB.ID – Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengakui, sejak kecil dirinya senang dengan komik dan mengidolakan Pak Tino Sidin. Saat Tino Sidin tampil di televisi, ia pun ikut menggambar.

“Pak Tino Sidin itu selalu memuji karya siapa saja, bagus, gambarmu bagus,” cerita Ganjar saat menerima Komunitas Kartunis Semarang Gold Pencil, mahasiswa UIN Walisongo, Kelompok Kartunis Kaliwungu (Kokang), seniman dan Sahabat Difabel Semarang, di Puri Gedeh, Selasa (29/10/2019) malam.

Semarang sebagai ibukota kartun, kata Ganjar, para kartunis harus lebih rutin untuk show, menampilkan karya-karyanya. Misalnya di sekeliling Lapangan Pancasila Simpang Lima dan seluruh Jalan Pahlawan

“Berilah kartun-kartun itu sedikit narasi agar masyarakat tahu. Narasinya pun narasi positif, yang hatters, masukkan got saja. Mari kita bicara masa depan yang optimistis. Saya akan ikut mendorong. Kita pindahkan kartun ke media kaos sebagai bahan diplomasi, setiap event buat desainnya, kita akan beli. Gunakan kartun juga sebagai penangkal gerakan radikalisme,” tandas Ganjar.

Kehadiran para kartunis bersama beragam komunitas di Puri Gedeh itu memang sengaja untuk memberikan hadiah spesial kepada Ganjar di hari ulang tahunnya ke-51.

Gold Pencil yang diketuai Abdul Arief itu beranggotakan kartunis senior seperti Jitet Kustana, Ratno, Joko Susilo Kustiyo Black, Priyadi, Agung, Darsono, Dyas, Nani, dan Rahma itu membuat komik keseharian Ganjar Pranowo dalam bentuk buku sebanyak 72 halaman berjudul Anak Lereng Lawu.

Penyerahan komik dilakukan oleh Jitet Kustana kepada Ganjar disaksikan anggota Gold Pencil dan 200-an anggota komunitas yang hadir.

Komik itu, kata Arief, berisi 13 cerita yang digarap oleh 11 kartunis Gold Pencil. Selain menceritakan perjalanan Ganjar dan kepeduliannya terhadap warga, juga menggambarkan masa kecil Ganjar dalam kehidupan yang susah hingga ia dewasa kuliah di UGM dan bergabung di PDI Perjuangan.

Selanjutnta ada cerita tentang kedekatan Ganjar dengan Mbah Bandiyem, seorang penjual buah pisang dan sayuran di kantor Gubernuran. Setelah Mbah Bandiyem meninggal, atas ijin keluarga, nama Bandiyem diabadikan menjadi nama klub motor yang dikoordinatori Ganjar.

Cerita lainnya soal kedekatan Ganjar dengan difabel hingga membuat kebijakan agar kantor Pemprov Jateng mendukung aksesibilitas difabel.

“Kami melihat Pak Ganjar memiliki banyak style yang membawa kebhinnekaan, seneng berkunjung ke pelosok kampung, peduli dengan wong cilik, dan tentu hal itu untuk membawa Jateng lebih baik. Semoga Pak Ganjar tetep mboten korupsi, mboten ngapusi,” harap Arief.