blank
Rumah Kakek Tolu di Dusun Padangan, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri, roboh rata tanah. Ini terjadi karena diterjang bencana angin kencang.

WONOGIRI – Bencana angin puting beliung terjadi lagi di Kabupaten Wonogiri. Kali ini, melanda Dusun Padangan, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo, Kabupaten Wonogiri. Bersamaan itu, Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG), mengisyaratkan, kemunculan cuaca ekstrem berupa suhu udara panas dan bencana angin kencang di wilayah pegunungan.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menyatakan, bencana puting beliung di Kecamatan Tirtomoyo, merobohkan sebuah rumah milik Kakek Tolu (70) di Dusun Padangan RT 4/RW 2, Desa Banyakprodo, Kecamatan Tirtomoyo (60 Kilometer arah tenggara Kota Wonogiri). Kejadiannya berlangsung Selasa siang (22/10). ”Tidak ada korban jiwa, karena rumah tersebut dalam keadaan kosong, sebab hanya dipergunakan ketika ada kegiatan membatik saja,” jelas Bambang Haryanto.

Seperti pernah diberitakan, bencana angin pusar (lisus) sebelumnya mengobrak-abrik Dusun Srayu Desa Ngadiroyo, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri. Tidak ada korban jiwa, tapi puluhan pohon patah dan roboh, serta setidak-tidaknya tujuh rumah warga rusak.

Kepala BPBD Kabupaten Wonogiri, Bambang Haryanto, menginformasikan, bahwa dari BMKG mengisyaratkan kemunculan cuaca ekstrem yang memicu suhu udara panas dan angin kencang yang berpotensi menimbulkan bencana di wilayah pegunungan. Mengutip pernyataan Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang, Achadi Subarkah Raharjo, lebih lanjuit Bambang menyatakan, dari tinjauan meteorologis, angin saat ini dominan dari arah timur dan tenggara. Hal ini karena di Benua Australia memiliki tekanan udara yang lebih tinggi dibandingkan daerah di Belahan Bumi Utara. Munculnya tekanan rendah di sekitar Teluk Benggala, memicu angin timuran pada lapisan atas bergerak lebih kencang dari beberapa hari sebelumnya.

Berdasarkan data pengamatan udara atas pada lapisan 5.000 kaki atau 1.500 meter di Stasiun Meteorologi di Jawa Tengah, terjadi peningkatan kecepatan angin. Sebagaimana yang terjadi di Stasiun Meteorologi Semarang, mencatat kecepatan angin 74 Km/jam, di Stasiun Meteorologi Tegal mencatat 63  Km/jam, di Stasiun Meteorologi Cilacap  45  Km/jam.

Dengan kecepatan seperti ini, angin dapat menerbangkan material ringan apabila melintasi daerah berpasir atau tanah kering. Juga berpotensi meningkatkan kecepatan di beberapa wilayah di Jawa Tengah, dan memunculkan  pemanasan yang kuat, serta menjadikan suhu udara meningkat cukup tinggi. Hal itu juga dipengaruhi oleh faktor nonmeteorologis, yaitu adanya kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di daerah pegunungan.

suarabaru.id/Bambang Pur