blank
Waduk Tempuran mengering, memaksa para atlet dayung Blora latihan teknik di darat. (Foto: SB/Wahono)

BLORA – Puluhan atlet dayung Blora sejak awal Juli 2019 hingga Jumat (4/10/2019) atau sudah sekitar 3,5 bulan, tidak lagi bisa latihan maksimal dan hanya latihan di darat.

Latihan keseharian mereka hanya berupa latihan beban, lari, dan latihan fisik tidak di air akibat waduk yang digunakan untuk base-camp mereka kering total.

“Gimana lagi kondisi waduk kering, latihan anak-anak jadi terkendala,” beber pelatih kepala PODSI Kabupaten Blora, Sukiman.

Agar fisik atlet tetap terjaga, atlet harus latihan di darat berupa latihan fisik beban, lari di tanggul waduk dari ujung barat ke timur berkali-kali.

Baca Juga:Blora Agriculture Festival 2019 Digelar Tiga Hari

Atlet lainnya, ada yang latihan mengayuh otot kaki serta tangan dengan peralatan mesin kayuh, dan alat manual, lanjut Sukiman didampingi asisten pelatihnya, Sujoko.

“Kami tetap bangga, terus suport atlet, karena anak-anak tetap aktif latihan,” kata Sukiman.

Diakuinya, mengeringnya warisan Kononi Belanda di Desa Tempuran, Kecamatan Kota Blora yang mengring itu, berdampak pada performa atlet, karena selama ini pedayung Blora rajin latihan lima kali sepekan.

blank
Kondisi Waduk Tempuran saat ini, mengering, dan tidak bisa untuk latihan atlet dayung Blora. (Foto: SB/Wahono)

Berbulan-bulan

Bahkan dalam seharinya, atlet-atlet senior latihan dua kali pagi dan sore, baik latihan fisik dan tehnik di air.

Seperti diberitakan Suarabaru.id, Minggu (7/7/2019), kekeringan Waduk Tempuran diperkirakan bakal berlangsung berbulan-bulan.

Pengkab PODSI Blora mencoba mencari solusi untuk atletnya, antara lain survei ke Waduk milik pabrik gula (PG) PT Gendhis Multi Manis (PT GMM) di Todanan.

Solusi lain, berencana latihan di Waduk Greneng, Desa Tunjungan, Kecamatan Tunjungan, Blora. Rencana terbaru akan latihan di Juwana, Pati.

“Waduk Greneng berjarak 18 kilometer. Waduk PT GMM sekitar 32 kilometer, ini yang perlu pemikiran soal biaya,” kata Sukiman.

Di Blora, olahraga dayung menjadi cabang olahraga (cabor) andalan selain atletik, angkat besi/berat, panjat tebing, panahan dan beberapa cabor lainnya.

Untuk menjaga prestasi dan reputasi sebagai gudangnya atlet dayung potensial di Jateng, pelatih dayung Blora serius melakukan latihan dan regenerasi atlet.

Selama ini, setiap hari pedayung kumpul dan berlatih di Waduk Tempuran. Atlet dayung tertua usia 38 tahun termuda 10 tahun.

Diperoleh informasi, keringnya waduk selain karena faktor alam dampak musim kemarau,  juga dari proyek pengerukan sediman, sehingga air waduk kini kering total.

Suarabaru.id/Wahono