blank

KUDUS – Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah Kudus menerima kunjungan study banding dari 70 Pesantren di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian Program Diklat Teknis Substantif Kewirausahaan Guru Pondok Pesantren Angkatan I dan II yang diselenggarakan oleh Balai Diklat Keagamaan Semarang.

Kedatangan para peserta kunjungan tersebut diterima langsung oleh pendiri sekaligus pengasuh Pesantren Al Mawaddah H Sofiyan Hadi, Lc., MA dan Hj Khadijah Al Hafidzah. Diawali dengan penjelasan visi, misi dan core values, pasangan Motivator Nasional ini menjelaskan perjalanan 11 tahun Al Mawaddah hingga berhasil mendapatkan penghargaan sebagai Pesantren Entrepreneur Inspiratif terbaik tahun 2018.

Sofiyan Hadi dalam kesempatan itu mengemukakan, pesantren yang dipimpinnya selama ini mempunyai visi menggabungkan aspek spiritual, leadership dan entrepreneurship. “Ini merupakan pengembangan spirit GusJiGang (Bagus Ngaji Dagang—red) yang diwariskan oleh Sunan Kudus,” katanya.

Sementara itu, Hj Khadijah menambahkan, dengan semangat kemandirian dan spiritualitas, pesantren bisa menjadi lembaga mandiri dan mengakar di masyarakat. ”Saatnya Pesantren memberikan kontribusi besar dalam mendidik dan memajukan umat,” imbuhnya.

Tampak seluruh peserta yang dibagi ke dalam lima kelompok antusias mendengarkan pemaparan materi Pelaksanaan wirausaha di Pesantren Entrepreneur Al Mawaddah. Setiap kelompok bertugas membuat laporan sesuai sub materi yang disampaikan, meliputi  manajemen pemberdayaan SDM,  manajemen perolehan dan pemanfaatan modal,  manajemen peluang pemasaran, manajemen peningkatan produksi dan manajemen peningkatan kualitas SDM.

Selepas  sesi tanya jawab yang dipandu oleh Kepala BLK Al Mawaddah Faruq Afandi, SE., peserta diajak melihat langsung berbagai unit usaha pesantren, mulai pertanian terpadu (integtaed farming), hidroponik, produk kuliner dan toko sepatu. Yang terbaru adalah eduwisata Kebun Quran dengan tanaman khas timur tengah yang disebutkan dalam al Quran seperti kurma, tin, zaitun, anggur, delima, bidara, siwak dll.

Drs. H Zaenuri, M. Ag sebagai pembimbing dan widyaiswara Balai Diklat Keagamaan Semarang mengatakan, bahwa keberadaan pesantren sebagai lembaga pendidikan sejak dulu sampai sekarang mempunyai peranan yang sangat penting dalam memberdayakan masyarakat. Karena itu, pesantren tidak boleh membatasi perannya hanya dibidang pengajaran ilmu-ilmu keislaman klasik. ”Di Pesantren Al Mawaddah hari ini kita belajar bagaimana mengelola usaha produktif agar Pesantren bisa mandiri secara finansial,” tuturnya.

Dalam Observasi lapangan kali ini para peserta merasa mendapatkan motivasi dan inspirasi bisnis dan akan dikembangkan di pesantren masing-masing.

Suarabaru.id/Tm