UNGARAN – Kegiatan ‘’Yatiman’’ atau tradisi penyantunan anak yatim piatu secara berjamaah yang diprakarsai ribuan umat ‘’Waskitho’’ di Desa Kemetul, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, diwarnai isak tangis, Minggu (15/9).
Sedikitnya 560 yatim piatu tak dapat menahan tangis manakala lantunan doa dipanjatkan untuk ibu atau ayah mereka yang telah berpulang.
Bahkan, sejumlah remaja putri serta Polisi Wanita (Polwan) dari Polres Semarang tak kuasa menahan air mata saat menyanyikan lagu ‘Ayah’ di atas panggung utama kegiatan bakti sosial (Baksos) Waskitho, kemarin siang.
Ketua Umum Waskitho Bondan Widodo kepada wartawan menjelaskan Waskitho sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang sosial dan keagamaan.
“Terutama dalam hal penyantunan anak-anak yatim piatu, bedah rumah dan biaya pendidikan serta kesehatan untuk masyarakat kurang mampu,” kata Bondan.
Berdiri tahun 1996, Waskitho dengan visi misi bergerak membantu masyarakat terutama dari kalangan kurang mampu. Lebih khusus lagi terhadap anak-anak yatim piatu.
Khusus untuk kegiatan di Desa Kemetul, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang menjadi momen bersejarah karena jumlah anak yatim-piatu yang terkumpul mencapai 560 jiwa bersama dari Kabupaten Boyolali, Kabupaten Semarang serta Kota Salatiga.
“Bagi anak-anak yatim piatu akan mendapatkan Rp 350 ribu per anak. Dana yang terkumpul berasal dari donatur semua elemen,” sebutnya.
Diakuinya, impek kegiatan ini diharapkan akan muncul imbrio yang peduli dengan masyarakat sekitar. Waskitho menginginkan membuat kesatuan persatuan NKRI dengan cara memberikan santunan.
Kegiatan yatiman ini telah berjalan tiap tahun, dimana setahun 2 kali digelar di momen Muharram dan Ramadan.
Ada juga, kegiatan bulanan diantaranya bantuan bagi pendidikan di anak-anak telah menginjakkan Perguruan Tinggi serta pengobatan khusus hingga ke Luar Negeri (LN).
“Kami tidak menginginkan yang muluk-muluk. Dengan anak-anak ini belajar akhlak sudah sangat hebat,” imbuh Bondan.
Organisasi Waskitho adalah sebuah wadah menampung jamaah lintas sektor dengan mempunyai niat sama untuk ‘mengaji’ keadaan khususnya karuniah dari Allah SWT kepada sesama.
“Karena Waskitho menyadari, setiap insan diberi nurani, mata hati oleh Allah SWT dan melihat ayat dari Allah anak-anak terkasi yatim paiatu. Hingga Waskito mempunyai niat dan berbuat setitik kebaikan. Dan memberikan barokah kepada anak-anak yatim piatu,” ujar Latief.
Ada pun pesan yang ingin disampaikan bagaimana kampanye kemanusiaan. “Orang miskin juga bisa berperan membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dengan cara berjamaah. Waskitho adalah hati nurani, mata yang tajam, dalam melihat masalah sosial,” tandasnya dengan menerangkan setiap anak yatim dibukukan dalam Waskitho.
Dalam kesempatan itu, Agus Sudibyo, kepala Desa Kemetul merasa bersyukur atas kedatangan ke desa yang ia pimpin.
Dengan kegiatan baksos ini diakuinya, dapat memotivasi semua pihak. Hal senada disampaikan Camat Susukan Asep Mulyana. Ia menandaskan, Kabupaten Semarang kini dipilih sebagai lokasi penyantunan anak yatim piatu.
“Sebagai wujud rasa syukur, kita berada dalam lingkungan buang berbeda dan memiliki rasa peka dengan lingkungan. Oleh kerana itu peran semua pihak untuk berbagi,” papar Asep Mulyana.
Memotivasi semua pihak, akuinya, menjadikan motivasi dan membuat wilayah lain tergerak.
Dalam kegiatan yatiman kemarin, terlibat juga sejumlah club’ otomotif diantaranya komunitas penggemar mobil Kijang.
Suarabaru.id/Erna