GROBOGAN – Dampak kekeringan yakni krisis air bersih juga sudah merambah di wilayah Kecamatan Purwodadi yang merupakan ibukota Kabupaten Grobogan. Warga yang tinggal di beberapa perumahan mengeluhkan dampak musim kering yang membuat air bersih sedikit berkurang ditambah dengan matinya air PAM.
Mendapatkan permohonan dari masyarakat, PMI Grobogan langsung bergerak memberikan bantuan air bersih, Rabu (4/9). Terlihat warga di perkampungan Nglejok, Kelurahan Kuripan sudah mengantre dengan ember dan jerigen masing-masing untuk diisikan air bersih dari petugas PMI.
Setelah air penuh, mereka kembali ke rumah untuk mengisikan air tersebut ke bak dan tempat penampungan air lainnya seperti gentong atau ember. Menurut warga, bantuan air bersih ini sangat membantu mereka yang kesulitan air bersih.
“Airnya sudah tidak mili (mengalir) jadi kami senang dapat bantuan air bersih dari PMI Grobogan,” kata seorang warga.
Kasi Pelayanan PMI Grobogan, Gesit Kristyawan mengatakan, pendistribusian air bersih yang dilaksanakan PMI sudah 95 kali. Dalam pekan ini, pihaknya sudah melakukan penyaluran air bersih ke beberapa tempat diantaranya di wilayah Jetis Purwodadi dan Desa Jono, Kecamatan Tawangharjo serta sebuah pondok pesantren.
“Yang paling banyak pengiriman air bersih di wilayah timur yakni di Gabus. Itu luar biasa sebab sumber air di Tlogotirto sudah mati sehingga masyarakat di sana tidak bisa mendapatkan air bersih. Mereka mengambil air bersih di sumber air lainnya yang belum mati tetapi jaraknya justru lebih jauh,” ujar Gesit.
Kepercayaan Masyarakat
Beberapa hari ini, Kabupaten Grobogan mengalami turun hujan di beberapa wilayah. Meskipun belum memasuki musim penghujan, namun masyarakat merasa hujan di musim kemarau justru mematikan sumber air yang sebelumnya sudah tertampung banyak air.
Hal itu dirasakan warga di wilayah Gabus, Kradean, Karangrayung, dan Kedungjati. Menurut Gesit, pada saat melakukan tinjauan tersebut menjelaskan, kepercayaan masyarakat mengatakan hujan di musim kemarau justru menyulitkan mereka karena air yang sudah ditampung di embung atau sumur yang mereka miliki akan hilang atau mati.
“Kemarin saya mendengar hal itu dari masyarakat setempat. Itu kepercayaan mereka. Untuk alasan tepatnya saya tidak mengetahui secara detail namun kami dari PMI Grobogan tetap mengimbau adanya donatur, CSR atau personal untuk membantu dalam pendistribusian air bersih. Bisa melalui PMI Grobogan atau BPBD Grobogan. Intinya, kita bersama mengurangi dampak krisis air bersih. Meski sudah turun hujan, tetapi itu bukan memasuki musim hujan,” ujar Gesit.
Sementara itu, Kepala BPBD Grobogan Endang Sulistyaningsih saat dikonfirmasi mengatakan, terkait kepercayaan masyarakat tersebut lebih kepada tidak efektifnya penampungan air di embung atau sumur karena dapat meresap ke tanah.
“Pada saat musim kemarau, air tanah tidak keluar. Kalau kemudian dimasukkan air dari atas, otomatis air akan meresap dengan sendiinya ke tanah. Hujan yang turun beberapa hari ini bukan masuk musim penghujan. Saat ini masih musim kemarau. Kami mengimbau kepada masyarakat agar hemat air di saat seperti ini,” tutup Endang.
suarabaru.id/Hana Eswe.