Kutemukan Kebenaran Dalam Islam
Oleh:
Ira Alia Maerani
“Kutemukan Kebenaran Dalam Islam” menjadi topik yang dipilih oleh pembicara Dra. Dewi Purnamawati dalam Pengajian Akbar yang diselenggarakan oleh Ikatan Isteri Pengurus, Isteri Karyawan dan Karyawati (IIPIKK) Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA) Semarang (Jum’at, 23/8/2019). Pembicara yang seorang mualaf ini menyatakan keteguhan pilihannya dengan memiliki Islam sebagai pegangan hidupnya meski cobaan silih berganti. Tidak diakui anak oleh kedua orang tuanya. Tidak diakui ibu oleh satu-satunya anak kandungnya. Bahkan harus mengembalikan uang biaya perawatan selama ini kepada orang tuanya, jika ia tetap bersikukuh dengan iman Islam.
Namun keteguhan dengan pilihannya ini membuat hidupnya penuh makna. Percaya akan surganya Allah menjadikannya pejuang dalam menegakkan kebenaran dalam Islam. Meski terkadang ia harus wira-wiri Solo-Semarang untuk mengisi pengajian-pengajian di sekolah, kampus perguruan tinggi, masjid-masjid di Kota Atlas ini.
Ratusan pengunjung memadati gedung pertemuan di lantai 10 Gedung Kuliah Bersama (GKB) Universitas Islam Sultan Agung yang terletak di Jalan Kaligawe KM. 4 Semarang. Mereka datang dari civitas akademika Unissula, para guru dan siswa SMA di Kota Semarang, kelompok-kelompok pengajian dan sebagainya. Orasinya yang memukau dan penuh empati ini menghipnotis pengunjung.
Logika atas pilihannya hingga menemukan Islam sebagai jalan hidupnya sangat masuk akal. Berawal dari sebuah pencarian hingga akhirnya Allah menghantarkan hidayah Islam dan ini merupakan sebuah kenikmatan baginya. Ketertarikannya pada Islam diawali ketika ia menemukan sebuah buku dengan judul, “Akhlaq Islam” karya KH. Abdullah Salim. Isi buku ini menjadi salah satu alasan mengapa Dewi Purnamawati memutuskan masuk Islam. Mulai akhlak kepada Allah hingga akhlak pada tanaman.
Akhlak pada tanaman antara lain mengatur untuk tidak buang air kecil (maaf, kencing) pada tanaman yang sedang berbuah. Padahal ia mendapati ada yang membuang air seni (maaf, pipis) di ember, kemudian disiram ke tanaman yang sedang berbuah sebagai pupuk karena mengandung urea.
Logika berpikirnya menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa distribusi makanan bagi tanaman dimulai dari akar, kemudian menjalar ke batang pohon, lalu ranting, beralih ke daun dan seterusnya menuju buah. “Berarti buah rasa kencing,”batinnya jika tanaman berbuah disiram dengan air kencing.
Lalu ia pun mulai tertarik mempelajari Islam karena Tuhannya Islam (Allah) sangat memperhatikan kebersihan bagi ummatnya. Hingga caranya kencingpun diatur. Termasuk makanan yang hendak masuk ke tubuh manusia jika diatur. Maka mulailah ia mempelajari Islam secara kaffah (menyeluruh. totalitas). Baik mengkaji Al-Qur’an dan Hadits, mendatangi majelis ilmu, para tokoh kyai, ustadzah dan lainnya.
Hingga akhirnya pada tahun 1999, Dewi Purnamawati mengucapkan syahadat. Ia pun menyadari konsekuensi dari syahadat yang telah diucapkannya untuk: hanya menyembah pada ALLAH sebagai satu-satunya ILLAH; rela diatur dengan aturan Allah; beribadah dengan cara yang dicontohkan Rosulullah Muhammad SAW. Seperti bunyi terjemah Al Qur’an surat Al Bayyinah Ayat 5,”Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus…”
Bu Dewi, kerap ia dipanggil, yang juga guru di sebuah SMK di Kota Solo ini, mengajak untuk berjuang menegakkan kebenaran dalam Islam. Berjuang untuk membangun agama Islam dengan akhlak mulia. Menghormati orang tua, mencintai sesama, taat pada perintah Allah SWT dan Rosulullah Muhammad SAW dengan mentaati perintah dan meninggalkan larangannya. Termasuk dalam rangka menghormati orang tua, menghormati majelis ilmu adalah tidak mengaktifkan telepon genggam (handphone) hingga bicara sendiri di dalam forum yang mayoritas dihadiri oleh para pelajar ini.
Amanah dalam penggunaan handphone menjadi salah satu tema yang diangkat. Pergunakan handphone dalam ranga memenuhi kewajiban sebagai pelajar dan mahasiswa yakni memperoleh ilmu. Handphone tidak digunakan untuk hal-hal negatif. Bu Dewi juga mengingatkan orang tua untuk tidak abai menjaga putra putri tercinta dari “gangguan negatif” handphone ini.
Dewi Purnamawati pun mengingatkan agar anak muda untuk tidak mendekati zina. Apalagi berzina. Beliau mengingatkan adanya konspirasi “dihamili dan menghamili” sebagai salah satu strategi pemurtadan. “Oleh karena itu, bentengi iman dengan keyakinan bahwa apapun dari Allah pasti baik, benar dan menyelamatkan. Petunjuk hidup orang beriman patuhi Al Qur’an dan Hadits. Bila ada perintah ataupun larangan dari Allah tujuannya untuk menyelamatkan umatnya. Hanya Islam yang sempurna. Hanya Islam yang diridhoi Allah,”serunya lantang.
Dewi pun mengutarakan 10 hal hebatnya Islam: Al-Qur’an sebagai petunjuk dari Allah pasti benar, valid dan terjaga; Arah hidupnya jelas; Membahas semua urusan/perkara baik duniawi maupun ukhrawi; Islam menghendaki kemudahan dan sesuai dengan kemampuan; Islam untuk semua umat; Memeluk agama Islam akan menghapuskan seluruh dosa dan kesalahan orang-orang kafir yang dilakukan sebelum masuk Islam; Islam menjadi sebab terhindarnya seorang hamba dari siksa api neraka; Kemenangan, kesuksesan dan kemuliaan hanya terdapat dalam agama Islam; Islam mengajarkan kepeduliaan sosial; Pemandunya sebaik-baik teladan.
Pengajian akbar ini dibuka oleh Maemunah Hasan Toha Putra. Beliau mengajak agar putra putri bangsa tidak terlena dengan Fun, Film, Fashion, Food, Music, dan Media Sosial. Apalagi jika merusak akhlak. “Sudah sepaturnya ditinggalkan,”ujarnya. (Dr. Ira Alia Maerani, dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang