MAGELANG- Dinas Pertanian dan Pangan (Disperpa) Kota Magelang mengenalkan komponen agroekosistem sawah dan pembuatan petak petani serta petak PHT (pengendalian hama terpadu) kepada petani. Hal ini dilakukan saat pelaksanaan Sekolah Lapangan Pengelolaan Hama Terpadu (SLPHT), beberapa hari lalu (22/8).
Kepala Disperpa Kota Magelang, Eri Widyo Saptoko mengatakan, pengenalan ini dilakukan saat pelaksanaan SLPHT di minggu kedua. Sebanyak 25 petani anggota Poktan Subur Makmur Magelang turut dalam sekolah itu, termasuk POPT (pengamat organisme pengganggu tanaman) dan penyuluh.
‘’Petani penting mengenal agroekosistem sawah dan komponennya. Di dalam agroekosistem sawah, petani perlu mengenal komunitas hewan dan tumbuhan yang menjadi pendukung maupun pembatas dalam produksi padi di lahan sawahnya,’’ ujarnya.
Fasilitataor kegiatan, I Made Redana menerangkan, saat ini petani harus mampu mengenali apa saja yang dinamakan hama, penyakit dan musuh alami. ‘’Perlu juga tahu kapan harus dikendalikan dan kapan harus dibasmi dengan pestisida nabati,’’ tuturnya.
Abdul Z Rochim, penyuluh pertanian penyelia menambahkan, pihaknya mendorong petani banyak belajar mengenali dan mampu membedakan hama, penyakit dan musuh alami. Hal ini penting agar petani mampu mengendalikan hama dan penyakit sesuai konsep SLPHT yang benar.
‘’Monggo bapak dan ibu banyak belajar dan bertukar pikiran dengan petani yang lain dan aparat pemerintah, bagaimana mengendalikan hama/penyakit secara PHT,’’ ucapnya.
Kasi Tanaman Pangan dan Hortikultura Disperpa Kota Magelang, Ahmad Sholikhun menjelaskan, kegiatan sekolah ini dilaksanakan secara rutin mingguan hingga 12 kali mulai Agustus 2019 hingga November mendatang.
Setiap kali pertemuan tema pembelajarannya berbeda, sesuai kurikulum yang disusun fasilitator kegiatan yang ditunjuk. Adapun metode belajar yang diterapkan berbasis pengalaman dengan menitikberatkan kepada metode Pendidikan Orang Dewasa (POD) atau andragogy.
‘’Pembelajaran petani berupa praktek lapang, presentasi dan diskusi kelompok dengan kemasan versi petani,” jelasnya.
Dalam SLPHT ini, lanjutnya, diawali dengan pembuatan petak petani dan petak PHT. Sebanyak 25 peserta dibagi dalam 5 kelompok kecil. Masing-masing kelompok kecil membuat 10 petak petani dan 10 petak PHT.
Petak petani adalah lahan sawah yang dibudidayakan menurut kebiasaan petani setempat, sedangkan petak PHT adalah lahan sawah yang dijadikan percontohan karena dibudidayakan sesuai rekomendasi Disperpa mengacu pada konsep Budidaya Tanaman Sehat (BTS).
Adapun varietas padi yang digunakan pada petak petani adalah varietas IR-64, sedang petani PHT adalah varietas Ciherang. Selanjutnya kita lakukan pengamatan tinggi tanaman, jumlah rumpun dan keberadaan musuh alami.
‘’Masing-masing kelompok kecil membuat paparan pada kertas kerja dan mempresentasikan hasil pengamatan kelompok di hadapan seluruh peserta SLPHT. Kegiatan diakhiri dengan penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk persiapan kegiatan minggu depan,’’ paparnya. (hms)
Editor : Doddy Ardjono