blank
Tari keprajuritan Panyutra Wanodya, ditampilkan sebagai penggambaran bala prajurit bersenjatakan panah.

WONOGIRI – Beragam potensi budaya se Provinsi Jateng, Minggu (25/8), digelar dalam prosesi kirab parade seni. Ini untuk memeriahkan peringatan HUT Ke 69 Propinsi Jateng Tahun 2019. Sebanyak 35 kontingen dari kabupaten/kota se Jateng, tampil dalam parade seni budaya dengan tema ”Ngrumat Bebrayan” (merawat persaudaraan).

Prosesi kirab budaya ini, mengambil start dari Lapangan Sukorejo dan finish di Alun-alun Giri Krida Bakti depan Kantor Bupati Wonogiri, dengan melintasi ruas Jalan Protokol Kota Wonogiri. Kontingen seni dari Kabupaten Brebes, tampil pada urutan paling depan dengan mebawakan Tari Tepi, sebagai penggambaran nelayan memancing ikan. Disusul Kontingen Kabupaten Pemalang, menampilkan barisan Boyong Kentong. Yakni peleton pemusik kentongan yang berbaris sigap, diiringi tetabuhan kentongan kayu dalam berbagai ukuran.

Barisan prajurit wanita bersenjata panah, ditampilkan oleh Kontingen Kabupaten Tegal, yang dikemas dalam sajian Tari Tan Elo-elo Itek. Tarian Turangga Kaladanta Ki Ageng Cempaluk, ditampilkan oleh Kotingen Seni dari Pekalongan. Kemudian disusul Barisan Prajurit Tan Kwie Djan, yang menampilkan peleton prajurit wanita berseragam busana warna kuning yang dikombinasikan dengan merah ngejreng. Tari Serabi Kali Beluk, disajikan oleh Kontingen Kabupaten Batang, dilengkapi dengan asesories tenggok (bakul) dan tampah hasil kerajinan bambu.

Iringan musik keras dari instrumen gamelan yang dipadukan dengan drum, terbang keplak, terompet, tambur dan alat perkusi lainnya, menyertai hampir seluruh sajian tarian prajurit dari berbagai kabupaten dan kota. Mereka membawa kelengkapan sound system beresuara keras, untuk mendukung sukses penampilan parade.

Kontingen Kabupetn Cilacap, tampil klasik dengan memboyong group pengrawit sebagai wiyaga penabuh gamelan, lengkap dengan waranggananya. Tembang Icir-icir, dibawakan dengan alunan musik gamelan yang ditabuh keras tapi laras, untuk mengiringi Tari Lutung Kesarung. Para penari Raksesa, tampil menyajikan gerak atraktif manusia susun.

Kabupaten Purbalingga tampil menyajikan Tari Gepyok, lengkap dengan menyertakan boneka ‘memedi sawah’. Banjarnegara, mengusung kelengkapan duplikat Candi Arjuna Dieng Plateau dan Kesenian Jepin. Rembang, memperagakan tari garapan baru Nderes Lontar.

Tradisi Jembul Tulakan, disajikan oleh Kotingen Seni Kabupaten Jepara. Kudus, mengusung Tari Prajurit Meru Dhandha. Blora, menyajikan Kesenian Bleger Wengker, dilengkapi asesories umbul-umbul nyala api dalam jumlah banyak, diiringi musik keras yang disertai sorak yel-yel dari para pendukung back sound-nya. Kabupaten Semarang, tampil dengan Tari Baru Klinting. Kota Semarang mengusung Tari Pandanaran. Magelang, menyajikan Tari Soreng dan Tari Iber-iber. Tari kreasi baru Loper Susu, ditampilkan oleh Kontingen Seni dari Kabupaten Boyolali.

Kota Surakarta, menampilkan sajian seni yang dikemas dalam Rahardika Wirasana, yang meyertakan tokoh wayang orang Gatutkaca. Kabupaten Sukoharjo, menyajikan Tari Ayangan dengan menyertakan pula pemain akrobatik manusia tinggi karena mengenakan egrang sebagai sambungan kakinya.

Tuan rumah Kabupaten Wonogiri, menutup di barisan paling akhir dengan menampilkan tari massal Kethek Ogleng, yang menyertakan boneka kera putih dalam ukuran jumbo. Dibawah asuhan koreografer Ludiro Pancoko, para murid SMK Negeri 2 Wonogiri yang memeragkan sebagai penari massal kethek ogleng ini, membawakan sajian tari yang dikemas dalam fragmen Pragosa Wana Kridha. Menyeratkan gerak akrobatik joget lincah kera, termasuk gerak jumpalitan bermain di seutas tali yang dipancangkan pada tiang tinggi. Kabupaten Klaten menampilkan tari topeng Cangikan yang jenaka.(suarabaru.id/Bambang Pur)