Jepara – Tiga lokal asrama Sekolah Menengah Pertama Unggulan Terpadu (SMP UT) Bumi Kartini telah rampung pembangunannya. Ruangan tersebut akan digunakan sebagai asrama santri putri agar dapat pendidikan agama serta melatih kemandirian secara holistik.
Peresmian asrama Islamic Boarding School SMP UT Bumi Kartini ini dilakukan oleh Plt Bupati Jepara, Dian Kristiandi bersama para pengurus, serta disaksikan oleh para orangtua santri, Rabu (14/8) di SMP UT Bumi Kartini, Mulyoharjo Jepara.
Ketua pengurus yayasan, Nurrohman dalam laporannya mengatakan, pembangunan tiga lokal asrama dimulai sejak lima bulan lalu, dengan biaya yang berasal dari donasi pengurus serta orangtua santri.”Pembangunan asrama ini diharapkan akan dapat menjadi contoh pembangunan asrama berikutnya, yang rencananya akan dilakukan dalam waktu dekat,” ujar Nurrohmad.
Ia juga menjelaskan, pembangunan asrama ini juga merupakan respon perkembangan teknologi yang semakin pesat, serta disrupsi Informasi yang kian massive. “Kondisi ini dikhawatirkan dapat menimbulkan dampak negatif pada anak. Maka pendidikan berbasis pesantren diharapkan dapat menjadi solusi sebagai filter dalam menghadapi tantangan masa depan” papar Nurrohmad
Ditambahkan, di dalam asrama para santri akan menjalani pendidikan selama 24 jam tanpa menggunakan fasilitas televisi maupun gawai. Para santri akan menjalani pendidikan dengan pola suasana belajar, menghafal Alquran, sholat, mengaji, belajar tentang kemandirian serta penguatan pendidikan karakter.
Sementara itu, Plt Bupati Dian Kristiandi, memberikan apresiasi atas selesainya pembangunan asrama pendidikan berbasis pesantren pada SMP UT Bumi Kartini.
Dirinya berharap, dengan dibukanya Islamic Boarding School nantinya akan dilakukan kolaborasi antara pendidikan berbasis agama dan pendidikan akademik, sehingga nantinya akan memunculkan santri-santri yang berprestasi, kata Andi.
“Anak menjadi investasi yang luar biasa, menghadapi kerasnya Revolusi Industri 4.0. Karena itu pendidikannya harus dilakukan dengan sungguh-sungguh.Sehingga diperlukan pengetahuan agama sebagai pengontrol, agar tidak terbawa arus digitalisasi” tegas Andi. (SuaraBaru. Id/Hadi Priyanto)