FKSB Dukung Langkah Wali Kota Tutup Lokalisasi Sunan Kuning
(ist.)
FKSB Dukung Langkah Wali Kota Tutup Lokalisasi Sunan Kuning
(ist.)

SEMARANG – Forum Komunikasi Ormas Semarang Bersatu (FKSB), Selasa (30/7/2019), menggelar audiensi dengan Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi. Dalam pertemuan tersebut FKSB membicarakan dua agenda, yaitu terkait dengan kegiatan ormas serta LSM yang ada di Kota Semarang dan terkait dengan rencana penutupan lokalisasi Sunan Kuning.

Hadir dalam auduensi tersebut sejumlah tokoh FKSB, seperti AM. Jumai, Kyai Anasom, Joko Wahyudi, Teguh Wiyono, Slamet Riyanto, Erwan Rahmat, Anis Solihatin, Yusnawiyandi, Wahyudi Karebet, serta hadir pula Kepala Dinas Sosial dan Kepala Kesbangpol Kota Semarang.

Dalam audiensi tersebut Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi sudah bulat tekat dan tidak bisa tawar menawar lagi bahwa lokalisasi Sunan Kuning (SK) harus tutup sesuai yang telah dijadwalkan.

Pria yang biasa disapa Hendi ini mengucapkan terima kasih kepada ormas dan LSM yang peduli kepada Kota Semarang. Walikota mengapresiasi kegiatan forum komunikasi ormas dan LSM Semarang bisa bersatu atas kiprah dan aktifitasnya selama ini.

Dalam pertemuan yang sangat akrab itu, AM.Jumai selaku ketua Forum Komunikasi Ormas Semarang Bersatu melaporkan sejumlah kegiatan ormas dan LSM di Kota Semarang mulai dari studi komparasi kemah pembauran, ormas Expo, dan kegiatan-kegiatan pendampingan lainnya, termasuk pendampingan terkait dengan rencana penutupan lokalisasi Sunan Kuning

Forum Ormas Kota Semarang telah membentuk tim 9 yang berfungsi melakukan kajian secara komprehensif terhadap rencana penutupan lokalisasi Sunan Kuning dari aspek pasca penutupan maupun pra penutupan.

Untuk aspek pra penutupan, hal tersebut sudah banyak dilakukan oleh Dinas Sosial dengan pelatihan-pelatihan dan melakukan pendataan serta menyiapkan aspek psikologis sosiologis ekonomis sehingga ketika pada saatnya penutupan dilakukan para wanita pekerja seks atau WPS telah siap meninggalkan dunia kelam tersebut.

“Sedangkan dalam aspek pasca penutupan, Forum Komunikasi Ormas Semarang Bersatu mengusulkan adanya wisata religi dan kedepannya di lokalisasi tersebut bisa diubah menjadi Sunan Kuning Semarang Islamic Centre,” kata AM. Jumai.

Nantinya, AM. Jumai menjelaskan, di dalam Islamic Centre terdapat banyak aktivitas mulai dari aktivitas keagamaan, aktivitas ekonomi, aktivitas kebudayaan, aktivitas pariwisata, dan aktivitas pendidikan. Sehingga komplek tersebut benar-benar menjadi sentral destinasi wisata baru dengan konsep ekonomi khusus.

Senada dengan yang disampaikan Ketua FKSB AM. Jumai, Kyai Anasom selaku pembina FKSB dan ketua NU Kota Semarang mengusulkan juga bahwa sebelum dilakukan penutupan bisa diadakan pengajian akbar bersama Gus Miftah dari Yogyakarta.

Menurut Kyai Anasom, betapa luar biasa nama tokoh Sunan Kuning tersebut. Ketika disebut Sunan Kuning, pikiran sebagian besar orang tertuju pada lokalisasi di bagian barat Kota Semarang. Sebelumnya, lokalisasi yang berdiri pada 1966 ini dinamakan lokalisasi Argorejo.

“Lokalisasi ini kelak dikenal sebagai lokalisasi Sunan Kuning karena terdapat petilasan Sun-Kun-Ing yang dipercaya sebagai tokoh Tionghoa penyebar agama Islam di kawasan lokalisasi Argorejo tersebut. Petilasannya pada waktu-waktu tertentu diramaikan oleh para peziarah,” katanya.

Budayawan Remy Silado pernah mencatat, dalam 9 Oktober 1740: Drama Sejarah, dalam catatan seorang Tionghoa di Semarang, Liem Thian Joe, dikatakan bahwa Sunan Kuning adalah sebutan populer bagi Raden Mas Garendi.

Sunan Kuning berasal dari kata cun ling (bangsawan tertinggi) yang merupakan salahsatu tokoh yang berperan penting dalam peristiwa Geger Pacinan (1740-1743). Dalam Geger Pacinan 1740-1743, Persekutuan Tionghoa-Jawa Melawan VOC.

R.M. Daradjadi menyebut Raden Mas Garendi bersama Kapitan Sepanjang (Khe Panjang) dan Raden Mas Said (Pangeran Sambernyawa) mengobarkan perlawanan sengit terhadap VOC di wilayah kekuasaan Mataram.

Perlawanan ini disebut sebagai pemberontakan terbesar yang dihadapi VOC selama berkuasa di Nusantara. Para pemberontak Jawa-Tionghoa menobatkan Raden Mas Garendi sebagai raja Mataram bergelar Sunan Amangkurat V Senopati Ing Alaga Abdurahman Sayidi. (suarabaru.id)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini