WONOSOBO-Kepala Kantor Kementerian Agama RI (Kemenag) Kabupaten Wonosobo Drs H Muhammad Thobiq MSi menyatakan perkembangan zaman berjalan begitu pesat. Kemajuan teknologi di era revolusi industri 4.0 sudah tidak bisa dibendung lagi.
Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah umum seperti di TK, SD, SMP dan SMA/SMK diminta bisa menjadi garda terdepan bagi penanaman pendidikan karakter bagi anak didik di era milenial ini. Anak didik musti punya moral dan mental yang bagus.
“Keberhasilan pendidikan karakter dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan hasil dari proses belajar mengajar yang baik. Guru PAI di semua tingkatan harus mampu mendidik anak berkarakter dan bermental religius,” ujar Muhammad Thobiq.
Muhammad Thobiq mengatakan hal tersebut saat membuka acara “Ngobrol Pendidikan Islam” (Ngopi) di Krishna Resto Garden Wonosobo, Selasa (30/4). Sebelumnya juga telah dilakukan pelantikan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Guru Pendidikan Agama Islam Indonesia (AGPAII) Kabupaten Wonosobo periode 2019-2024.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kabid Informasi Pendidikan Seksi PAIS Kanwil Kemenag Jateng Muizudin, Wakil Ketua DPW AGPAII Jateng Rahmat Khozin, Kabag Kesra Setda Wonosobo Isnanto, Kabid Penjamin Mutu Pendidikan Dikpora Wonosobo Slamet Faizi dan Kasi PAIS Kemenag Wonosobo Imron Awaludin.
Pelantikan DPD AGPAII Wonosobo dipandang unik dan istimewa karena tidak dilakukan di gedung atau dalam ruangan sebagaimana biasa digelar di daerah lain. Tapi pelantikan AGPAII setempat dihelat di kebun atau di ruang terbuka komplek Krishna Resto Garden Wonosobo.
Dulu, sebut mantan Kepala Kemenag Kabupaten Demak ini, kurikulum sekolah mendahului zaman, kini terbalik zaman mendahului kurikulum. Perkembangan teknologi juga memicu kedewasaan dan kecerdasan mendahului umur anak yang sebenarnya. Anak dewasa dan pintar dengan tehnologi.
“Kalau dulu anak SD dan SMP masih banyak yang main kelereng, main karet untuk yeye dan lari dengan egrang. Sekarang permainan anak SD dan SMP melalui game online seperti mobile legend dan PUBG mobile. Anak sudah masuk di dunia, ramai dalam kesepian dan sepi dalam keramaian, melalui perangkat android,” katanya.
Karena itu Muhammad Thobiq meminta guru PAI di sekolah umum dapat menghadapi perkembangan dan tantangan zaman yang serba modern. Guru PAI musti mampu mencetak generasi emas di tahun 2045 yang berkarakter modern sekaligus religius.
Isu Strategis
Sementara itu, Wakil Ketua DPW AGPAII Jawa Tengah H Rahmat Khozin mengatakan guru PAI di sekolah umum kini tengah menghadapi beberapa isu strategis yang butuh penanganan serius. Kini, diakui atau tidak, tengah terjadi degradasi kualitas dan wibawa guru PAI di sekolah.
“Sekarang butuh refleksi bersama karena kinerja guru PAI juga mengalami penurunan dan kehilangan jati diri. Guru PAI tidak menjadi idola bagi anak-anak lantaran kualifikasi dan kompetensi guru PAI ada yang belum memenuhi standar yang diterapkan,” ujar guru PAI SMA Taruna Nusantara Magelang tersebut.
Maka, imbuhnya, dibutuhkan tenaga pendidik PAI yang mampu melakukan perencanaan pembelajaran dan mengimplementasikan proses belajar mengajar yang baik. Dengan demikian perlu peningkatan kompetensi diri dan penguasaan materi serta mertode pembelajaran yang lebih modern sesuai perkembangan teknologi yang ada.
“Di lain pihak, kualitas dan implementasi kurikulum PAI dalam menghadapi revolusi indutsri 4.0 juga masih kurang. Sudah tidak saatnya lagi pembelajaran melalui cara manual, harus ada upaya memordenisasi metode mengajar dengan perangkat tehnologi yang lebih canggih,” sebutnya.
Saat ini, dirasa Rahmat Khozin, terjadi pula penurunan kualitas kehidupan religius di sekolah. Guru PAI harus lebih peduli dengan kegiatan keagamaan di sekolah agar kualitas kehidupan beragama di sekolah umum meningkat. Dibutuhkan guru PAI yang kreatif, inovatif dan inspiratif di abad modern ini.
Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra) Sekretariat Daerah (Setda) Wonosobo Isnanto M Pd mengatakan di Wonosobo dari semua sekolah yang ada mulai SD hingga SMA/SMK masih kekurangan guru PAI. Formasi CASN yang diadakan Pemkab Wonosobo juga belum mampu menutup kekurangan tenaga pendidik PAI.
“Pemkab Wonosobo akan memperjuangkan penambahan formasi guru honorer PAI untuk bisa diangkat melalui jalur non-ASN atau dengan status P3K. Kini di Wonosobo masih kekurangan 252 guru PAI SD dan 43 guru PAI SMP. Sedang guru PAI di Taman Kanak-Kanak sementara belum masuk pendataan di Pemkab Wonosobo,” katanya.
Ketua DPD AGPAII Wonosobo Aziz Safarudin S Ag MSi mengatakan AGPAII Wonosobo sebenarnya sudah berdiri sejak tahun 2007. Hanya saja kondisinya vakum. Karena itu, mulai 2019 ini AGPAII dihidupkan lagi. Melalui organisasi ini diharapkan ada sinergitas dan koordinasi yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan agam Islam di sekolah umum.
SuaraBaru.id/Muharno Zarka