REMBANG –Pendangkalan di muara Sungai Karanggeneng, Rembang, kian memprihatinkan. Namun hingga kini belum ada upaya dari Pemkab atau instansi terkait untuk mengeruk.
Beberapa warga sekitar mengatakan, muara sungai Karanggeneng menjadi pintu masuk/keluar kapal nelayan. Kondisi muara sungai itu sudah sangat mendesak untuk dikeruk. Sebab tingkat pendangkalannya cukup parah, bahkan sebagian muara sungai tersebut sudah tertutup pasir.
Para juru mudi kapal menjelaskan, sekarang ini mereka sudah tidak bisa lagi masuk ke muara sungai yang difungsikan sebagai dermaga, jika air laut dalam keadaan surut. Apabila pengerukan tidak segera dilakukan, kapal nelayan yang hendak masuk ke sungai itu bisa terhambat, sehingga aktivitas perikanan terganggu.
Mereka mengatakan, Pemkab seharusnya bertanggungjawab dan menganggarkan untuk biaya pengerukan alur muara Sungai Karanggeneng yang mengalami pendangkalan akibat banyaknya endapan lumpur.
Terlebih lagi, saat ini sedang musim hujan, sehingga proses pendangkalan semakin cepat, karena banyak lumpur yang terbawa arus air dari hulu dan menumpuk di muara sungai.
‘’Pengerukan perlu dilakukan untuk memperdalam alur sungai agar akses kapal tidak terganggu,’’ kata Sumono (45), juru mudi kapal yang sedang berlabuh di dermaga itu.
Selain pendangkalan, sungai Karanggeneng juga dipenuhi bangkai kapal. Seperti yang terlihat di sepanjang alur sungai itu, tepatnya mulai dari bekas jembatan kereta api sampai muara sungai ada belasan kapal rusak yang dibiarkan teronggok oleh pemiliknya. Bahkan beberapa kapal diantaranya sudah tenggelam, sehingga keberadaannya sangat mengganggu arus lalu-lintas kapal di tempat itu.
Hingga saat ini kesadaran para pemiliknya tentang kepedulian lingkungan masih sangat minim. Buktinya mereka membiarkan kapal miliknya yang rusak di sungai. Keadaan bangkai kapal itu banyak dikeluhkan oleh para pengguna sungai tersebit.
Ada satu hal lagi yang bisa mengganggu kelancaran arus lalu-lintas kapal perikanan di sungai itu, yaitu jembatan yang bangunannya terlalu rendah. Akibatnya kapal besar tidak bisa melintas di bawah jembatan tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Rembang, Daenuri mengatakan, beberapa tahun lalu pernah dilakukan pengerukan di muara Sungai Karanggeneng. Namun karena tingkat pengendapan lumpur di sungai itu cukup tinggi, akhirnya dangkal lagi. Sedangkan ntuk tahun ini Pemkab belum menganggarkan untuk mengatasi pendangkalan di sungai tersebut.
Soal banyaknya bangkai kapal, Dinas Perhubungan pernah beberapa kali melakukan pembersihan. Namun sekarang mulai banyak lagi bangkai kapal yang dibiarkan teronggok oleh pemiliknya.
Sedang menyangkut keberadaan jemabatan yang bangunannya terlalu rendah, menurutnya bukan menjadi wewenangnya.(suarabaru.id/Djamal A Garhan)