REMBANG – Sebuah bangunan berdiri megah dan anggun di kawasan Kota Rembang, tepatnya di Jalan Gatot Subroto No 8. Bangunan kuno itulah dulu pernah didiami Raden Ayu (RA) Kartini, pahlawan nasional emansipasi wanita.
Semasa Bupati RMAA Djojoadiningrat, bangunan yang bagian depannya berbentuk joglo, dulunya dimanfaatkan sebagai rumah tinggal bupati dan pendopo kabupaten.
Namun sejak Bupati Moch Salim, rumah induk dikosongkan, dan seluruh ruangan yang ada direhab, kemudian dimanfaatkan untuk Museum RA Kartini.
Dari catatan sejarah, RA Kartini menempati bangunan kuno itu setelah diambil istri selir oleh Djojoadiningrat, tepatnya tahun 1903. Saat itu RA Kartini yang berasal dari Desa Mayong, Jepara, masih berusia 24 tahun.
Namun, wanita pejuang emansipasi itu tinggal di Rembang hanya sebentar, karena beliau wafat tahun 1904, saat melahirkan putra tunggalnya, Raden Mas (RM) Singgih Soesalit.
Jika pengunjung masuk ke museum RA Kartini, akan melihat sejumlah barang kuno yang sebagian merupakan barang asli peninggalan RA Kartini. Diantaranya berupa seperangkat alat membatik, tumpukan surat buatan RA Kartini untuk sahabat penanya, dan sejumlah foto serta perabot rumah tangga lainnya.
“Ada puluhan barang kuno yang menjadi koleksi museum, sebagian asli peninggalan RA Kartini,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Rembang, Dwi Purwanto.
Di komplek pendopo (sekarang museum) ada sejumlah bangunan kuno, dan salah satu bangunan (depan bagian timur pendopo) pernah digunakan RA Kartini untuk sekolah keputrian, seperti belajar membaca dan menulis serta keterampilan
“Di museum ini juga ada surat peninggalan RA Kartini untuk seorang wanita asal Belanda, istri Abendanon,” kata Kepala Dinas Pariwisata itu.
Di bagian timur bangunan induk, terdapat deretan kamar dan konon kamar-kamar tersebut dulunya dihuni para selir RMAA Djojoadiningrat. “Ada lima istri selir, salah satunya adalah RA Kartini,” terangnya.
Dari pantauan suarabaru.id, sebagian besar bangunan peninggalan Bupati RMAA Djojoadiningrat masih asli, namun sudah direnovasi.
Sayangnya, pada massa bupati penerusnya ikut menambah bangunan di komplek pendopo, sehingga terkesan semrawut. Bahkan di tempat itu pula (bagian barat) juga didirikan sejumlah perkantoran, namun sekarang dikosongkan.
“Seharusnya dibuat peraturan daerah untuk melarang penambahan bangunan di kRA Kartini Pernah Tinggal di Kamar Seliromplek Museum Kartini,” kata seorang tokoh masyarakat di Rembang, Achmadi.
Seperti biasa, setiap menjelang peringatan Hari Kartini, di museum ini selalu dikunjungi banyak orang, utamanya kaum ibu dan kalangan pelajar.
Termasuk di makam RA Kartini, tepatnya di pegunungan Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang, juga banyak pengunjungnya. Keramaian itu hanya ada setiap tahun sekali, khususnya pada bulan April.(suarabaru.id/Djamal AG)