TURIN – Kejutan beruntun diukir Ajax Amsterdam di Liga Champions. Setelah mendepak juara bertahan Real Madrid pada babak 16 besar, De Godenzonen menghentikan Juventus di perempat final. Ajax unggul agregat 3-2 atas Bianconeri. Pada perempat final leg kedua di Stadion Allianz, Turin, Rabu (17/4) dini hari WIB, wakil Belanda ini mengatasi pasukan tuan rumah dengan skor 2-1. La Vecchia Signora unggul dulu melalui Cristiano Ronaldo. Namun, De Amsterdammers membalas dua kali lewat Donny van de Beek dan Matthijs de Ligt.
Pelatih De Godenzonen Erik ten Hag meyakini timnya semestinya bisa mengunci kemenangan lebih cepat. Dia mengakui Juve sangat menyulitkan dalam 45 menit pertama. Ajax hanya melepaskan empat percobaan dengan satu mengarah ke gawang. Sementara Si Nyonya Tua punya sembilan tembakan, tiga di antaranya tepat sasaran. “Organisasi permainan kami bagus, tapi kami mesti menahan badai serangan lawan pada babak pertama. Baru di paruh kedua kami bisa memanfaatkan celah-celah itu,” tutur Ten Hag. Kendati menyayangkan terbuangnya sejumlah peluang, dia bersyukur situasi bola mati menghasilkan gol kemenangan. Berkat gol itu, De Ligt kian diminati klub-klub top Eropa.
Didepak Ajax sungguh menyakitkan buat Juve. Pasalnya, Bianconeri berhasrat memenangi trofi Liga Champions lagi setelah kali terakhir pada 1996. Pada era Massimiliano Allegri, Juve dua kali lolos ke final dan semuanya berakhir dengan kekalahan. Meski musim ini gagal, Allegri bertekad tetap bertahan di Turin.
Keberadaan Ronaldo, yang sudah punya lima trofi di kompetisi ini, ternyata tak banyak membantu. Padahal, CR7 tampil luar biasa di perempat final. Allegri pun enggan menyalahkan Ronaldo. “Ronaldo sudah memberikan banyak hal untuk kami selama musim ini, tapi Anda butuh semua pemain ketika ada di perempat final,” ungkap Allegri.
Dia menambahkan untuk jadi juara Liga Champions butuh mencapai level penampilan terbaik dan kondisi fisik yang prima. Mantan allenatore AC Milan ini menyayangkan cederanya beberapa pemain pilar. “Setelah berjalan 50 menit, kami kehilangan kehilangan organisasi permainan dan kesolidan tim yang pada akhirnya menguntungkan lawan,” jelasnya. Selepas tersingkir dari Champions League, Juve tinggal fokus untuk menyegel gelar Seri A Liga Italia. (rr)