SEMARANG- Dahsyatnya efek media sosial membuat para calon presiden, wakil presiden, dan calon legislatif memanfaatkan media sosial (medsos) untuk berkampanye.
“Kekuatan media sosial membuat seorang individu dapat menciptakan konten yang viral” ungkap Dicky Adinurwanto, M.M, Kepala Seksi Opini Publik Diskominfo Jawa Tengah dalam Seminar Nasional Literasi Media “Political Branding Media” di Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang, Selasa (16/4).
Ia juga menambahkan, dahsyatnya efek medsos membuat kampanye lebih efektif ketimbang melalui baliho dan spanduk. Penggunaan buzzer atau fake account membuat haoks beredar tinggi terutama hoaks tentang politik.
Sementara Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Semarang, Edi Faisol juga menyampaikan posisi media saat ini sangat strategis, fungsi media yang awalnya sebagai media pendidikan, kontrol sosial, media informasi saat ini sudah berkembang menjadi bisnis.
“Yang terjadi sekarang ada oligarki media dengan kepentingan politik, oleh karena itu jangan berharap bekerja sebagai jurnalis karena ada oligarki politik” ujar Ketua AJI Semarang.
Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Jawa Tengah juga menambahkan, program siaran harus mengacu pada kebutuhan audience yang menjadi sasaran dan dilarang bersifat fitnah, bohong, menghasut, dan menyesatkan. “Isi siaran dilarang SARA, saru, serem,” tambah dia.
Acara ini juga dihadiri Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi (Dr. Awaludin Pimay Lc, M.Ag), Wakil Dekan 1 (Dr. Najahan Musyafak, M. A), Wakil Dekan 2 (Alfandi, M.Ag), Wakil Dekan 3 (Drs. Fachrur Rozi, M.Ag) sekaligus mengesahkan Forum Literasi Media jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) yang disahkan langsung oleh Kepala Jurusan KPI, Dr. Siti Solikhati, M.A.
suarabaru.id/Haresti Asysy