BLORA — Banjir bandang di Kota Kecamatan Cepu ternyata bukan dari dampak melubernya sungai Bengawan Solo. Namun, selain curah hujan tinggi dengan durasi panjang, juga karena drainase saluran air banyak bermasalah.
“Banjir bukan dari luapan Sungai Bengawan Solo, itu banjir lokal dari dampak curah hujan tinggi,” jelas Camat Cepu, Djoko Sulistiyono, Jumat (29/3).
Menurutnya, banjir yang terjadi pada Kamis (28/3) sore hingga malam, sempat merendam 387 rumah warga, dan puluhan hektar lahan pertanian, namun tidak ada korban jiwa.
Genangan air bervariatif, mulai delapan centimeter hingga 90 sentimeter, melanda tiga wilayah desa-kelurahan, masing-masing Desa Mulyorejo, Kelurahan Balun, dan Kelurahan Cepu, Kecamatan Cepu.
Djoko Sulistiyono menambahkan, banjir bandang di Cepu sempat membuat repot warga, namun memberi pengalaman kepada semuanya agar tidak membuang sampah seenaknya, dan menutup saluran air tanpa perhitungan.
“Sampah menyumbat saluran air, dampaknya aliran air tidak lancar dan terjadilah banjir,” bebernya.
Menyempit Selain sampah, Camat Cepu mencatat, banjir bandang tersebut juga dari dampak saluran air dan sungai kecil menyempit akibat bangunan liar. Kejadian tersebut sudah dilaporkan ke Pemkab Blora.
“Penyebab utama banjir, memang curah hujan yang sangat tinggi, dan durasinya panjang, ditambah saluran air bermasalah,” tambahnya.
Menurut Koordinator Lapangan Badan Penganggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blora, Agung Tri, hujan deras mengguyur wilayah Cepu sejak pukul 15.30-19.30 WIB. Data lapangan, ada 387 rumah warga yang kebanjiran akibat luapan air suangai, di Kelurahan Cepu 70 rumah, Kelurahan Balun 42 rumah dan Desa Mulyorejo 45 rumah.
Genangan air baru berangsur surut mulai pukul 19.30 WIB. Pihaknya bersama instansi terkait melakukan penanganan terhadap para korban terdampak banjir. (suarabaru.id/Agung-Wahono)